Ciri dan Keunikan Pakaian Adat Provinsi Maluku Utara
29 April 2018
Add Comment
Pakaian Adat Provinsi Maluku
Utara
METIF Media Edukatif-Pakaian adat suatu daerah misalnya Provinsi Maluku Utara, biasanya di
kenakan saat acara-acara atau ritual adat seperti upacara perkawinan, serta
acara penyambutan tamu, dan tiap-tiap suku bangsa yang ada di Provinsi Maluku
Utara memiliki kepercayaan yang berbeda-beda sehingga beberapa pakaian adat yang
di kenakan oleh masing-masing suku bangsa juga ada sedikit perbedaan, nah
berikut ini sedikit penjelasan tentang pakaian adat Provinsi Maluku Utara.
Busanan Adat Ternate dan Tidore.
Pakaian adat yang di
kenakan oleh Ternate dan Tidore adalah sedikit menampakkan adanya perbedaan
status sosial antara kelompok keturunan bangsawan dan kelompok keturunan rakyat
biasa, pada pakain Ternate dan Tidore terdapat perbedaan yang mencolok dengan
pakain masayarakat biasa, hal ini karena wilayah Ternate dan Tidore yang secara
atministrasi masuk ke Provinsi Maluku utara ini merupakan daerah kawasan
kesultanan Ternate dan kesultanan Tidore, sehingga pakaian yang di gunakan juga
memiliki gaya khas yang berbeda dengan yang lain.
Terdapat beberapa jenis
pakain adat yang sering dikenakan saat upacara-upacara adat, dan salah satunaya
bernama Materen Lamo,
Ciri-ciri dari Materen Lamo ini adalah terdiri dari
pakain atasan dan bawahan, baju bagian atasan berupa baju yang desainnya mirip
dengan jas tertutup, dan dilengkapi dengan sembilan buah kancing berukuran
besar dan kancing jas tersebut terbuat dari perak, sementara itu kerah jas,
bagian ujung lengan jas, dan bagian saku-saku jas yang bertempat di bagian luar
memiliki warna merah yang melambangkan keperkasaan bagi pemakainya.
Sedangkan untuk bagian
bawahannya adalah berupa celana panjang berwarna hitam yang dilengkapi dngan
bis berwarna merah yang di sematkan mulai dari atas hingga ke bagian bawah.
Pakain adat yang pernah
dikenakan oleh sultan tersebuut juga di lengkapi dengan destar sebagi aksesoris
penutup kepala.
Sedangkan pakaian yang
di pakai oleh istri sultan adalah Kimun
Gia, Kimun Gia ini berupa kebaya panjang yang terbuat dari bahan kain
satin warna putih serta di lengkapi dengan ikat pinggang yang terbuat dari emas
dan kain panjang.
Adapun aksesoris yang
di gunakan oleh sang permaisuri tersebut adalah berupa kalung, bros dan peniti
dari intan, emas dan berlian, untuk bagian rambut menggunakan tusuk konde
dengan ukuran besar, sedangkan untuk konde yang berukuran kecil biasanya hanya
di kenakan oleh para pembantu permaisuri.
Selain jenis pakaian di atas, terdapat pula pakaian adat yang biasanya
dikenakan oleh para remaja putra maupun putri yang berasal dari golongan
bangsawan, baju adat tersebut dinamakan Baju Koja , baju ini desaninnya
mirip dengan jubah panjang, sedangkan warnanya yang sering di gunakan
adalah warna merah jambu, kuning muda,
dan biru muda, dan warna-warna tersebut melambangkan jiwa muda bagi pemakainya
yang memang masih kalangan remaja, untuk pakaian bawahan Baju Koja ini adalah
berupa celana panjang dengan warna dasar hitam atau pun putih serta di lengkapi
dengan aksesoris penutup kepala yang disebut dengan nama Toala Palulu.
Sedangkan pakaian adat lainnya yang sering digunakan oleh kaum remaja adalah
kimun gia/kain panjang atau kebaya panjang berwarna kuning, hijau muda serta
orange, dengan aksesoris sembilan kancing yang berada di bagian tangan di sisi
kiri dan kanan.
Adapun perhiasan yang dikenakan oleh kaum remaja putri ini adalah
meliputi taksuma, (kalung rantai emas yang di buat dalam bentunk dua
lingkaran), anting dua susun, terupa (alas Kaki), Pada umumnya pakaian adat yang dikenakan
oleh kaum Pria dari kaum bangsawan adalah berupa pakaian atas yang di sebut jubah
panjang yang menjuntai hingga ke bagian lutut, serta bagian bawahannya adalah
berupa celana panjang.
Sedangkan untuk kaum wanitanya adalah
berupa kain kebaya panjang dan kain panjang, dan pakaian tersebut juga
dilengkapi dengan perhiasan yang sesuai dengan status sosialnya, misalnya
status sosial sebagai seorang permaisuri, pembantu permai suri serta penggunaannya
juga disesuaikan juga dengan usia pemakainya.
Adapun pakaian adat yang dikenakan oleh rakyat biasa, adalah beberapa
jenis pakaian yang biasa digunakan sehari-hari atau pun saat upacara adat, pada
umumnya jenis pakaian ini terlihat sederhana, pakaian yang sering dipakai oleh
kaum wanita dalam kegiatan sehari-hari adalah berupa baju susun yang bagian
lengannya ditarik hingga kebagian siku-siku tangan pakaian ini disebut Kololuncu
dan pakaian tersebut pada umumnya berwarna putih polos.
Sedangkan pakaian kerja yang dipakai oleh kaum pria terdiri atas Kebaya
Popoh, baju tersebut memiliki ciri-ciri berwarna hitam serta lengan
panjang, panjangnya bagian baju mencapai pinggul, sedangkan bagian bawah berupa
Celana
Popoh berwarna hitam dengan panjang hingga betis.
Sama halnya dengan pakaian kerja yang dipakai oleh kaum wanita, bahwa
pakaian kerja tersebut juga di gunakan saat berada di rumah.
Pakaian adat yang di kenakan kaum pria
dan wanita saat upacara adat berupa kemeja panjang dan celana panjang, sedang
kaum wanita memakai kain songet dan baju susun berwarna kuning muda.
Sedangkan tetua adat yang memimpin sebuah
acara adat tersebut biasanya menggunakan jubah panjang (takoa) dan celana yang
terbuat dari kain tenun dengan warna dasar jingga serta kuning (dino),
serta dilengkapi dengan aksesoris penutup kepala berwarna kuning muda, penutup
kepala tersebut disebut dengan nama lengso duhu.
Demikianlah artikel
tentang ciri dan keunikan
pakaian adat provinsi Maluku Utara kali ini, semoga bermanfaat dan salam METIF
Media Edukatif.
0 Response to "Ciri dan Keunikan Pakaian Adat Provinsi Maluku Utara"
Post a Comment