Fungsi dan Keunikan Rumah Adat Provinsi Bali Gapura Candi Bentar

Rumah Adat Provinsi Bali Gapura Candi Bentar

METIF Media Edukatif-Provinsi Bali di kenal mempunyai banyak model struktur bangunan yang sangat luar biasa, hal tersebut juga sudah diakui oleh banyak pihak, bawa bali adalah salah satu provinsi yang memiliki kekayaan budaya terutama rumah adat dengan keunikan yang khas, dan keunikan tersebut tidak dimiliki daerah-daerah lain. Secara umum masyarakat bali telah mampu mempertahankan kearifan budaya serta adat yang telah lama diwariskan oleh leluhur mereka, kebudayaan tersebut tetap lestari dan tetap utuh kendatipun banyak budaya asing yang berdatangan sebagai wisatawan dari manca negara, namun hal tersebut tidak mempengaruhi budaya local yang ada.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut dari rumah adat bali Gapura Candi Bentar ini :
Gapura Candi Bentar
Gapura Candi Bentar merupakan rumah adat provinsi Bali yang sangat khas dengan karakteristik nilai-nila Agama Hindu, pada rumah adat tersebut banyak sekali kita jumpai berbagai karakter baik itu ciri-cirinya, arsitekturnya serta nilai-nilai filosofi yang terkandung didalam, dan kesemua itu merupakan sisi yang sangat menarik untuk kita bahas pada artikel kali ini.
Berikut ini adalah rumah adat Provinsi Bali yang kita telisik dari sudut pandang struktur ruangannya.

I.  Struktur dan Fungsi Ruangan Rumah Gapura Candi Bentar Provinsi Bali

Struktur bangunan rumah Gapura Candi Bentar adat Bali Karena terdiri dari dua buah bangunan candi dengan bentuk sangat identik serta peletakannya juga dibuat sejajar. Dan fungsi dari bangunan tersebut adalah sebagai gerbang utama menuju rumah adat suku Bali ini.

Adapun fungsi dari gerbang utama tersebut adalah sebagai jalan memasuki halaman bagian dalam rumah sekaligus sebagai pintu gerbang bagian luar, selain itu juga berfungsi sebagai pintu masuk ke pura dan juga sebagai tempat melakukan ritual atau kegiatan keagaman Hindu.

Kendati demikian Gapura ini bentuknya sangat identik serta posisinya juga sejajar, namun letak nya tetap terpisah satu dengan lainnya, dan bangunan tersebut didirikan tanpa ada penutup pada atapnya.

Walaupun tidak dilengkapi atap, namun gapura ini tetap terhubung satu sama lain sebab terdapat pagar besi dan juga beberapa tangga yang ada di bagian bawah, tidak hanya  candi saja, tetapi di areal gapura juga masih terdapat bermacam-macam patung yang memiliki simbol dan juga ciri khas budaya Bali.

Bangunan itu biasanya juga disebut dengan istilah gerbang terbelah, mengapa demikian karena bentuknya memang seperti melukiskan sebuah bangunan candi yang sudah dibelah menjadi dua bagian.

Bangunan Gapura Candi Bentar adat Bali ini adalah yang mengilhami penyebutan nama rumah adat bali, sebab arsitektur gapura yang digunakan untuk pintu masuknya memiliki ornament ukiran yang sedemikian rupa, sehingga kebanyakan orang yang melihatnya seolah-olah tampak seperti sebuah candi.

Terdapat bangunan yang berada dibagian depan rumah dan ruangan tersebut biasanya digunakan untuk bersembahyang, seperti halnya sebuah pura, dan kegiatan ibadah atau bersembahyang ini biasanya disebut dengan nama Pamerajan sanggah.

Pada tempat tersebut dapat kita jumpai berbagaimacam ukiran dan ornamen-ornamen khas daerah Bali dan lengkap pula dengan peralatan pemujaan, dan di tempat itulah kaum wanita setiap harinya meletakkan berbagai sesaji.

Tempat ibadah yang turut melengkapi rumah adat bali ini merupakan sebuah bukti bahwa masyarakat Bali sangat memegang erat falsafahnya, falsafah disini dalam artian mengatur jalannya kehidupan penduduk Bali dan juga mengenai hubungan dengan alam, sesama manusia, dan terhadap  Tuhan.
Pada saat memasuki rumah adat ini, pengunjung akan melihat beberapa ruangan yang memiliki fungsi yang tidak sama. Contohnya adalah sebagai berikut:


1. Bangunan Angkul-Angkul
Angkul-Angkul adalah satu-satunya bangunan yang digunakan sebagai tempat  masuk ke areal dalam rumah adat Bali ini, sedangkan fungsinya sendiri juga relatif serupa dengan Gerbang Candi Bentar dalam Pura, yaitu sebagai jalan menuju masuk, namun bentuk bangunannya juga tidak sama persis dengan Gerbang Candi Bentar, dimana pada Angkul-Angkul ini bentuk atapnya sendiri adalah kedua sisinya menyatu, bahan atap dari rumput kering yang bentuknya menyerupai piramida.

2. Bangunan Aling – aling
Adapun ciri-ciri dari aling-aling ini adalah pintu masuk berupa sebuah bangunan dengan tembok berjenis sekat yang terbuat dari batu yang tersusun hingga ketinggian lebih dari 1,5 meter, selain ari itu Aling-aling ini juga dijadikan sebagai pembatas antara pekarangan rumah dengan tempat ibadah atau tempat suci, selain itu Aling-aling juga dijadikan sebagai alternatif jalan untuk masuk.

Untuk dapat masuk ke rumah, pengunjung diharuskan menyamping ke sebelah kiri, begitu pula saat keluar haruslah melalui sisi kanan arah masuk tadi, hal tersebut guna mengurangi pandangan dari arah luar yang langsung menuju ke bagian dalam, sehingga hal tersebut dapat memberikan privasi tersendiri bagi sang pemilik rumah, dan Aling-aling ini juga sebagai penghalang masuknya pengaruh-pengaruh jahat yang datang dari luar, dengan adanya aling-aling tersebut maka secara langsung akan meningkatkan aura positif yang  telah muncul karena  adanya satu dinding pembatas yang telah mengelilingi rumah atau yang umamnya juga disebut dengan nama penyengker ini.

Ruangan di dalam penyengker ini  adalah ruang  yang didalamnya terdapat aktivitas atau kegiatan manusia lainnya, sementara penyengker merupakan sebuah pembatas antara ruang  yang positif dengan ruang yang negatif, selain tembok, selain tembok media lain yang dapat dijadikan sebagai aling-aling adalah berupa patung.

3. Bangunan Sanggah atau Pamerajan
Bangunan Sanggah atau Pamerajan yang ada di sudut atau tepatnya di arah timur laut ini adalah merupakan tempat suci yang dapat digunakan bagi seluruh penghuni rumah, kegiatan ibadah yang dapat dilakukan diantaranya adalah sembahyang  serta tempat memanjatkan doa-doa yang di tujukan untuk para leluhur mereka.

4. Bangunan Bale Meten atau Bale Daja
Bangunan Bale Meten atau Bale Daja merupakan ruangan yang di fungsikan sebagai kamar atau tempat tidur bagi Kepala Keluarga atau bagi anak gadis,  disebut Bale Meten atau Bale Daja arena letaknya berada di bagian utara atau kaja, ciri-ciri dari bangunan tersebut adalah memiliki bentuk persegi panjang, dan terbentuk dari dua buah bale yang terdapat di kiri dan kanan ruangan.

Bale Daja menggunakan sesaka atau tiang yang terbuat dari bahan material kayu yang dengan jumlah 8 atau sakutus, serta 12 atau saka roras.

Bebaturan yang terletak dibagian bawah bale dibuat lebih tinggi dari pekarangan dan sekaligus menjadi sebuah bangunan yang paling tinggi yang terdapat pada Rumah Adat Bali ini. Selain difungsikan sebagai estetika, juga dijadikan sebagai media peresapan air tanah.

5. Bngunan Bale Tiang Sanga atau Bale Dauh
Bangunan yang terletak di bagian Barat ini sering juga disebut dengan nama Bale Loji. Bale ini adalah tempat yang digunakan untuk menyambut tamu dan sekaligus sebagai tempat tidur bagi anak muda atau anak remaja.

Bale Dauh yang memiliki bentuk persegi panjang ini meliputi sebuah bale yang berposisi dibagian dalam serta mempunyai berbentuk persegi panjang, Bale Dauh ini juga dilengkapi dengan sesaka atau tiang yang dibuat dari bahan kayu sebutan berbeda-beda, hal tersebut tergantung dari jumlah tiang yang gunakan.

Terdapat Suatu Bale dengan tiang berjumlah 6 dan ini disebut sakenem, berjumlah 8 disebut sakutus atau astasari. Sedangkan tiang dengan jumlah 9 disebut juga dengan nama sangasari.

Bangunan Bale Dauh ini memakai bebaturan yang dijadikan sebagai dasar serta posisi lantai di bangun lebih rendah dari bagian Bale Meten Bale Dangin.

6. Bangunan Bale Sakepat
Bangunan Bale Sakepat merupakan sebuah bangunan yang terbuka dan memiliki jumlah tiang sebanyak empat. Tiang ini digunakan untuk ruangan kamar tidur bagi anak atau sebagai paviliun. Selain dari itu juga berfungsi sebagai tempat untuk ruang bersantai anggota keluarga.

Bangunan ini berposisi di sebelah Selatan. Desain bangunannya minimalis tak ketinggalan ciri khas atau bentuk segi empat serta atap nya yang berbentuk limasan atau pelana.

7. Bangunan Bale Dangin  atau  Bale Gede
Bngunan Bale Dangin atau Bale Gede merupakan bangunan yang difungsikan sebagai tempat mengadakan  upacara adat, namun jika sedang tidak di gunakan, maka akan digunakan sebagai tempat untuk tidur atau beristirahat.

Bangunan tersebut berada di bagian timur. Bangunan bentuk persegi panjang atau pun pesegai empat, bentuk tersebut tergantung dari banyaknya tiang kayu dan bale yang gunakan.

Biasanya Bale dangin bisa memakai sesaka atau tiang berjumlah enam atau sakenem, delapan atau sakutus dan juga sembilan atau sangasari. Dan ada pula yang hanya menggunakan satu bale.

Sementara itu untuk bale gede dengan jumlah 12 sesaka dan terdiri dari dua bangunan bale yang ada di bagian kiri dan juga kanan, Bebaturan yang terdapat di Bale Dangin ini memiliki lantai dengan ketinggian tertinggi kedua setelah bangunan Bale Meten.

8. Bangunan Paon atau Pawaregan
Bangunan Paon atau yang mudah kita kenal dengan nama dapur tempat yang berfungsi sebagai mengolah dan memasak bahan makanan untuk para anggota keluarga di rumah. Ruangan ini berada di sebelah selatan rumah atau dapat juga di posisikan di barat daya.

Paon sediri terdapat didua area, dimana area pertama disebut dengan istilah jalikan, yang merupakan sebuah ruang secara terbuka dan tetap dalam fungsinya untuk memasak dan area pemanggang, biasanya penggunaannya memakai kayu bakar atau kayu api.

Sedangkan pada area kedua adalah sebuah ruangan yang memiliki fungsi sebagai menyimpan bahan makanan serta perkakas peralatan dapur.

Dikalangan Masyarakat Bali secara umum mempercayai bahwa dapur merupakan salah satu tempat yang dapat dijadikan sebagai pelenyapkan butha kala atau ilmu yang ada kaitannya dengan sihir maupun ilmu hitam yang datang ke rumah tersebut. Sehingga jika ada anggota keluarga yang pulang dari perjalanan, maka ia disarankan agar memasuki dapur  terlebih dahulu sebelum masuk ke ruangan-ruangan lain yang ada di rumah tersebut.
II.  Bahan Bangunan Rumah Adat Gapura Candi Bentar
Adapun bahan bangunan atau material yang digunakan sebagai bahan pembuatan Rumah Gapura Candi Bentar ini tidak dapat disamakan dengan bangunan-bangunan yang lain. Dan hal tersebut tentunya didasari dari tingkatan ekonomi serta status sosial dari pemilik rumah itu sendiri.

Pada masyarakat biasa pada umumnya di bagian dinding rumahnya dibangun dengan speci yang dibuat dari tanah liat maupun popolan, disisi lain untuk golongan para bangsawan, umumnya mereka membangun rumahnya memakai bahan tumpukan batu bata.

Sedangkan untuk bagian atapnya sendiri dapat dibuat dari bahan tanah liat berupa genting, ijuk, alang-alang, atau yang sejenisnya, dan perbedaan-perbedaan tersebut juga kembali kepada kemampuan secara finansial dari pemilik rumah itu sendiri.

III.  Nilai-Nilai Filosofi Rumah Gapura Candi Bentar
Selain fungsi utamanya sebagai tempat tinggal dan juga ikon budaya, Rumah adat Bali ini juga memiliki unsur-unsur filosofi yang tetap melekat serta melukiskan kearifan lokal budaya yang ada di tengah-tengah  Masyarakat Bali.

Hal tersebut tertuang pada proses dalam mendirikan rumahnya, rumah tersebut tidak asal dibangun begitu saja, namun harus melalui serangkaian proses yang cukup panjang, mulai dari proses nyikut karang atau pengukuran area tanah, kemudian ritual nasarin atau peletakan batu bata pertama, hingga proses pembuatan sampai berdiri dan sampai tahap menempati rumah tersebut juga menggunakan perhitungan-perhitungan yang telah menjadi kepercayaan secara umum bagi masyarakat Bali.

Dan yang berikutnya sebagai penutup adalah dengan diadakannya upacara selametan serta penampilan tarian-tarian adat bali dan upacara tersebut dilakoni saat rumah adat ini telah selesai dibangun, dan semua ritual yang dilakukan adalah dengan niat atau tujuan agar rumah akan ditempati tersebut dapat memberikan manfaat bagi sang pemilik rumah.

Terdapat pula beberapa aturan yang ada pada tata letak atau dekorasi serta pengaturan di bagian ruangan dalam rumah ini. Beberapa tatanan yang secara umum dilakukan oleh masyarakat Bali adalah, penggunaan ruangan yang berada di sudut timur dan utara rumah dijadikan sebagai tempat yang disucikan atau disakralkan.

Sedangkan sudut lainnya semiasal sudut selatan atau barat mempunyai tingkat kesucian yang kurang begitu tinggi. Sehingga memicu orang untuk menempatkan tempat beribadah nya di sudut utara atau timur, sedangkan untuk kamar mandi, buang air serta penjemuran berada di sudut barat dan selatan.

Itulah tadi artikel tentang Fungsi dan Keunikan Rumah Adat Provinsi Bali Gapura Candi Bentar, semoga bermanfaat bagi kita semua, mohon maaf bila terdapat kekeliruan dan salam METIF-Media Edukatif.
AdSense

0 Response to "Fungsi dan Keunikan Rumah Adat Provinsi Bali Gapura Candi Bentar"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel