Keunikan Pakaian Adat Provinsi Bali
30 March 2018
Add Comment
Ciri-iri dan
Keunikan Pakaian Adat Kemben Provinsi Bali
METIF Media Edukatif-Bali
adalah salah satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, dan provinsi bali
atau pulau dewata ini adalah pulau yang kaya akan keindahan alam, sehingga
banyak turis dari manca Negara yang ramai berkunjung ke pulau dewata bali ini.
Bali
juga di kenal memiliki kebudayaan yang sangat banyak sekali, mulai dari seni
pahat, seni musik pakaian adat dan lain-lain, dan pada artikel saya kali ini
akan membahas tentang keunikan pakaian adat dari provinsi Bali.
Pakaian
adat tradisional di kalangan masyarakat bali khususnya sangat erat kaitannya
dengan pola ideal spiritual menurut ajaran hindu, pakaian adat yang telah di
pakai dan di lestarikan secara turun temurun adalah merupakan salah satu
cirikhas atau identitas dan merupakan sebuah kebanggaan bagi para pendukung kebudayaan, pakaian adat khas
bali memiliki beberapa ragam, yang mana penggunaannya disesuaikan dengan
aktivitas, diantaranya pakaian adat yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari
maupun saat upacara adat.
Dan
pakaian adat tersebut juga dikategorikan berdasarkan usia, jenis
kelamin, status sosial atau kasta pemakainya, menurut jenisnya pakaian tersebut dapat ditandai dengan
beberapa ciri yang menonjol pada perlengkapannya, diantaranya terlihat dari
perlengkapan yang dipakai pada bagian kepala dan kaki.
Perlengkapan yang harus digunakan saat pergaulan sehari-hari bagi anak laki-laki Bali diwajibkan memakai destar atau udeng sebagai penutup kepala, sedangkan untuk anak
perempuan mengenakan tengkuluk, tengkuluk kancrik adalah sehelai selendang yang
memiliki fungsi penutup tubuh terkadang juga di gunakan untuk mengangkat suatu
benda, dan juga sekaligus sebagai alat untuk melindungi wajah dari sinar
matahari.
Tengkuluk,
juga difungsikan sebagai alas untuk menyunggi beban atau benda yang dibawa. Selain
itu juga dapat di fungsikan untuk menaruh rambut agar tetap rapi.
Seorang
wanita yang tengah menyusui diwajibkan memakai pakaian khusus, yaitu anteng,
anteng memiliki fungsi sebagai penutup dada dari pencemaran serta
kekuatan-kekuatan magis yang juga dikenal dengan istilah Desti,
Pakaian
anteng ini juga dipakai saat upacara-upacara tertentu, adapun cara memakainya
adalah dengan cara melilitkannya pada bagian pinggang, ini juga memiliki fungsi
untuk kesucian pelayanan peribadatan.
Bagi
seorang pendeta memiliki kewajiban memakai pakaian bercorak khusus atau biasa
disebut dengan istilah pakaian wastra, pakaian wastra ini memiliki warna putih,
kuning yang juga disebut kapuh dengan, dilengkapi dengan aksesoris ikat
pinggang atau kawaca berwarna putih, sedangkan pakaian yang dipakai untuk
pendeta wanita adalah berupa kain pelekat berwarna cokelat dan dilengkapi
dengan selendang berwarna putih atau kuning.
Masyarakat
bali sebagian besar merias diri dengan bunga atau yang dikenal dengan istilah
sumpang, jenis bunga yang dipakai adalah bunga-bunga yang memiliki aroma wangi, dan
memiliki bentuk serta warna yang dapat diasosiasikan dengan simbol dewa-dewa,
bagi kaum wanita biasanya meletakkan bunga-bunga tersebut di bagian rambut dan
tersusun rapi, sedangkan untuk kaum pria bunga bunga tersebut di selipkan pada
daun telinga, bisa satu sisi dan bisa kedua sisi telinga.
Jenis-jenis
kain yang dijadikan sebagai bahan busana khas bali ini adalah terdiri atas beberapa
jenis kain, diantaranya adalah jenis mirip kain songket, perada, endek, batik
dan sutra, dan kain yang sangat terkenal di bali adalah kain jenis geringsing
karena kain tersebut memiliki keindahan serta keunikan tersendiri.
membuat
kain-kain tersebut haruslah penuh dengan kesabaran serta ketelitian, apalagi
pewarnaan, secara umum kain geringsing
terdiri dari tiga warna dasar, yaitu putih susu atau kuning muda, hitam (selem)
serta merah (barak).
Pada acar potong gigi ataupun pernikahan biasanya masyarakat bali menggunakan kain tenun tradisional khas Bali yang terbuat dari bahan kain songket serta peperadan.
Sedangkan
bagi kaum pria, pakaian yang dikenakan terdiri dari udeng atau destar untuk ikat
kepala, kapuh serta kemben atau wastra untuk menahan selendang atau umpal.
Umpal geringsing adalah yang paling dikagumi.
Untuk kaum wanita secara umum biasanya mengenakan kemben dari kain songket, sabuk prada yang di belitkan mulai dari pinggul
hingga dada serta selendang songket sebagai penutup tubuh, untuk bagian bahu ke
bawah, dibalik kemben, mengenakan selembar tapih atau sinjang dari bahan sutra dan
berornamen penuh peperadan mengurai keluar melewati kemben.
Pada
acara perkawinan adat bali, masyarakat mengenal tiga jenis pakaian adat serta
tatariasnya yaitu nista, madya, dan utama ini dikenal juga dengan istilah payes
agung, dilain hal tata busana, serta perbedaan terletak pada bahan yang
digunakan, adapun untuk tingkat utama, seluruh bahan pakaian dibuat dari bahan
perada.
Aksesoris
perhiasan yang dikenakan kedua mempelai pengantin payes agunglah hal ini tampak jelas
berbeda dengan tata rias serta busana tingkat nista dan madya.
Perhiasan
tingkat utama cenderung menonjolkan kekhususan, aksesoris berupa gelung kucir, berupa
sanggul tambahan yang di bentuk bulat melingkar serta bahannya terbuat dari
ijuk ini menjadi salah satu pembeda, gelung biasanya di hias dengan bunga
kenanga, cempaka putih, cempaka kuning, dan mawar, sedangkan untuk hiasan dibagian kepala (petitis
) adalah berupa bunga-bunga yang bahan pembuatannya dari emas.
Sebagai
pelengkap petitis adalah tajug, subeng cerorot, gelang kanan dibagian lengan
atas dan badong dibagian leher, sepasang gelang naga satru, bebekeng atau
pending, serta cincin dimana semu aksesoris pelengkap tersebut terbuat dari
bahan emas.
Demikianlah
Penjelasan Tentang Keunikan Pakaian Adat Provinsi Bali Kali Ini, Semoga
Bermanfaat mohon maaf atas segala kekurangan, Dan Salam Metif Media Edukatif.
0 Response to "Keunikan Pakaian Adat Provinsi Bali"
Post a Comment