Ciri-ciri Pakaian Adat Provinsi Gorontalo

Keunikan Pakaian Adat Gorontalo

METIF Media Edukatif-Gorontalo adalah salah satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, kebudayaan Gorontalo juga tidak terlepas dari pakaian adat yang dimiliki provinsi tersebut, dan semua itu pasti menambah angka keragaman serta kekayaan budaya yang di miliki bangsa Indonesia, dan sepatutnya kita bangga menjadi sebuah Negara yang kaya akan kebudayaan yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia,

Baiklah, wujud rasa bangga saya terhadap bangsa ini salah satunya adalah membuat posting tentang pakaian adat yang kita miliki, agar senantiasa kekayaan budaya kita tetap dikenal oleh anak cucu bahkan dikenal oleh Dunia, dengan demikian kekayaan akan budaya yang kita miliki dapat tetap lestari sepanjang masa.

Pakan adat tradisional sebuah suku setempat yang merupakan pakaian adat yang warisan dari leluhur kita dahulu, di sebut pakaian adat tradisional karena pakaian adat ini kebanyakan masih di buat dengan cara manual atau menggunakan peralatan- peralatan  tradisional, dan setiap hasil karya setiap suku atau setiap daerah pasti memiliki corak  dan keunikan yang beraneka ragam, dan salah satunya adalah pakaian adat Provinsi Gorontalo yang akan admin bahas pada posting kali ini.

Busana Pengantin Adat Provinsi Gorontalo

Pada umumnya pakaian adat sering di kenakan pada saat upacara-upacara atau acara resmi yang di adakan di suatu daerah misalnya dipakai ketika menghadiri suatu pesta adat, dan terkadang di kenakan pula oleh mempelai atau pengantin saat upacara pesta pernikahan, dimana pakaian adat yang dikenakan oleh mempelai wanita dan pria Gorontalo terdiri dari beberapa jenis, dan jenis-jenis pakaian yang di kenakan disesuaikan dengan tahapan-tahapan atau sesi yang dijalani, sesi tersebut diantaranya adalah sebagai berikut :


1.  Pakaian Untuk Tahap Pertaman “Modutu”

Tahapan Modutu merupakan resepsi mengantar harta, sebuah penyerahan harta yang berupa sejumlah uang atau barang yang dilakukan oleh pihak mempelai pria kepada mempelai wanita.

Pada tahapan ini sang mempelai pria tidak ikut mengantarkan ke rumah mempelai wanita, namun sang mempelai pria cukup dirumah dan busana yang dikenakan bersifat bebas atau boleh pakaian yang dipakainya sehari-hari.

Sedang kan untuk calon mempelai  wanita saat menerima tamu utusan dari pihak mempelai pria, ia memakai busana pengantin khas yang disebut dengan nama Baju Walimomo, Jenis Pakaian ini terdiri dari baju blus berlengan pendek, seperti bolero serta kain sarung, dan untuk bagian depannya selembar kain yang ditempel, dan untuk bain-bagian lainnya diberi hiasan berwarna kuning keemasan.

Adapun Baju Walimomo yang dipakai saat acara modutu ini terbuat dari bahan kain beludru, brokat atau dapat juga memakai bahan jenis lain yang setidaknya memiliki kualitas yang sama baiknya dengan kain beludru, serta penggunaan warna pada pakaian adat biasanya menggunakan warna-warna yang cerah seperti merah, ungu, kuning dan lain sebagainya.

Yang tidak boleh ketinggalan pada pakaian adat ini adalah Perhiasan dan aksesoris berupa Aksesoris Sunthi.

Sunthi atau istilah lainnya tusuk konde, adalah aksesoris yang terbuat dari bahan logam yang di sepuh dengan emas, dan dilengkapi dengan Sunthi burungi sebanyak dua belas buah, bentuk sunthi mirip dengan kepala burung maka aksesoris ini dikenal dengan nama sunthi burungi, dan bagi kaum wanita gorontalo pakaian tersebut memiliki makna atau berlambangkan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa dan siap untuk mengarungi bahtera rumah tangga atau menjadi seorang ibu rumah tangga.

2.  Pakaian Untuk Tahap Kedua “Akaji”

Busana Wanita 
Madipungu, Boqo Tunggohu dan Baju Gelenggo

Akaji adalah upacara pengantin tahap kedua, adapun pakaian pengantin yang dikenakan bagi kaum wanita di tahap kedua saat upacara akad nikah ini adalah berupa Baju Madipungu, Boqo Tunggohu dan Baju Gelenggo, adapun perbedaan dari ketiga busana ini adalah terdapat pada ukuran lengan baju, dimana ukuran lengan ada yang berukuran panjang dan ada pula yang berukuran pendek.
Adapun ciri-ciri dari pakaian madipungu adalah berbentuk baju blus dengan bagian lengan panjang bak baju kurung serta desain kerah atau lubang leher berbentuk huruf  ( ).

Sedangkan bahan yang di gunakan adalah sama dengan yang di gunakan untuk busana tahap pertama tadi, yakni dengan bahan kain beludru brokat atau bahan lainnya, sedangkan untuk busana bagian bawah adalah berupa kain sarung, bisa juga menggunakan rok panjang, dan pemakaiannya di bagian luar baju.
Sebagai perlengkapan dari pakaian madipungu ini adalah berupa kain sarung dan berbagi macam aksesoris perhiasan.

Busana Pria Baju Boqo Takowa Atau Takowa

Ditahap kedua ini mempelai pria saat acara akad nikah mengenakan pakaian adat Gorontalo berupa Baju Boqo Takowa atau Takowa, untuk bagian celana atau talala adalah berupa celana panjang dan di lengkapi dengan beberapa aksesoris.

Baju Boqo Takowa atau Takowa  ini memiliki bentuk sama seperti baju kemeja lengan panjang biasa, namun di bagian kerahnya di desain tegak, selain itu Baju Boqo Takowa diberi kancing serta tiga buah saku yaitu saku bagian atas dan saku bawah agak besar berada di sisi kiri dan kanan bagian bawah baju, dibagian dada dan saku baju di hias dengan hias corak kain krawang bersulamkan dari bahan benang emas, celana atau tambio berupa celana panjang, yang dihiasi hiasan corak warna keemasan, di bagian kiri dan kanan celana disematkan pita berwarna kuning keemasan yang disebut Pihi.

Sedangkan warna celana yang dikenakan disesuaikan dengan baju bagian atas, atau baju atasan, begitu pula dengan busana yang dipakai pengantin wanita, pemilihan warnanya biasanya warna-warna cerah serta norak,  yaitu merah cerah, kuning cerah, hijau cerah, ungu cerah, dan merah hati cerah, konon lima warna yang di pilih ini adalah berkaitan dengan 5 kerajaan masa silam, jadi dahulu di Gorontalo ini pernah berdiri lima kerajaan.

Ragam hias atau aksesoris  yang dipadukan pada Baju Takowa adalah payunga, Payunga ini adalah berupa akasesoris penutup kepala, dan didesain  warna-warni dan warna yang digunakan juga harus padu dengan warna busana yang dikenakannya.

Sedang kan aksesoris lainnya adalah etango, etango merupakan aksesoris ikat pinggang yang terbuat dari bahan logam dan disepuh dengan emas, selain itu juga disematkan patatimbo di pinggang bagian depan, patatimbo adalah pusaka atau senjata tradisional berupa keris khas Gorontalo.


3. Pakaian Untuk Tahap Ketiga “Mopo Pipide

Di tahap ketiga ini merupakan sesi terakhir dari serangkaian upacara adat pernikahan adat Gorontalo, dan acara ini di isi dengan kedua pengantin duduk berdampingan di atas singgasana pelaminan, sesi ini bisanya di sebut dengan istilah Mopo Pipide.

Adapun busana adat yang dikenakan oleh kaum wanita adalah Biliu , biliu merupakan jenis busana atau pakaian kebesaran yang pada jaman dulu dikenakan oleh Permai Suri Raja.

Biliu merupakan Pakaian kebesaran  yang didesain berlengan panjang, untuk perlengkapan pakaian bagian bawah berupa kain atau rok panjang dan sebagai perlengkapannya adalah beraneka ragam perhiasan atau aksesoris rias wanita.

Sedangkan yang di pakai oleh pengantin pria berupa Baju Paluwawa, Baju Paluwawa  adalah busana seperti Baju Takowa, busana atau pakaian adat ini yang terdiri dari Baju  dan Celana panjang, biasanya  Aksesoris  atau perhiasan yang digunakan lebih lengkap dan tampak meriah.

Itulah tadi beberapa penjelasan tentang pakaian adat yang admin bahas pada artikel kali ini, semoga bermanfaat dan salam METIF Media Edukatif


AdSense

0 Response to "Ciri-ciri Pakaian Adat Provinsi Gorontalo"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel