Ciri-ciri Pakaian Adat Provinsi Gorontalo
11 April 2018
Add Comment
Keunikan Pakaian Adat Gorontalo
METIF Media Edukatif-Gorontalo
adalah salah satu dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, kebudayaan Gorontalo juga tidak terlepas dari pakaian adat yang dimiliki provinsi tersebut, dan
semua itu pasti menambah angka keragaman serta kekayaan budaya yang di miliki
bangsa Indonesia, dan sepatutnya kita bangga menjadi sebuah Negara yang kaya
akan kebudayaan yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia,
Baiklah,
wujud rasa bangga saya terhadap bangsa ini salah satunya adalah membuat posting
tentang pakaian adat yang kita miliki, agar senantiasa kekayaan budaya kita
tetap dikenal oleh anak cucu bahkan dikenal oleh Dunia, dengan demikian
kekayaan akan budaya yang kita miliki dapat tetap lestari sepanjang masa.
Pakan adat tradisional sebuah suku setempat
yang merupakan pakaian adat yang warisan dari leluhur kita dahulu, di sebut
pakaian adat tradisional karena pakaian adat ini kebanyakan masih di buat dengan
cara manual atau menggunakan peralatan- peralatan tradisional, dan setiap hasil karya setiap suku
atau setiap daerah pasti memiliki corak
dan keunikan yang beraneka ragam, dan salah satunya adalah pakaian adat
Provinsi Gorontalo yang akan admin bahas pada posting kali ini.
Busana Pengantin Adat Provinsi
Gorontalo
Pada umumnya pakaian adat sering di kenakan pada saat upacara-upacara atau
acara resmi yang di adakan di suatu daerah misalnya dipakai ketika menghadiri suatu pesta adat,
dan terkadang di kenakan pula oleh mempelai atau pengantin saat upacara
pesta pernikahan, dimana pakaian adat yang dikenakan oleh mempelai wanita dan
pria Gorontalo terdiri dari beberapa jenis, dan jenis-jenis pakaian yang di
kenakan disesuaikan dengan tahapan-tahapan atau sesi yang dijalani, sesi tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pakaian Untuk Tahap
Pertaman “Modutu”
Tahapan Modutu merupakan resepsi mengantar harta,
sebuah penyerahan harta yang berupa sejumlah uang atau barang yang dilakukan
oleh pihak mempelai pria kepada mempelai wanita.
Pada tahapan ini sang mempelai pria
tidak ikut mengantarkan ke rumah mempelai wanita, namun sang mempelai pria
cukup dirumah dan busana yang dikenakan bersifat bebas atau boleh pakaian yang
dipakainya sehari-hari.
Sedang
kan untuk calon mempelai wanita saat menerima tamu utusan dari pihak mempelai
pria, ia memakai busana pengantin khas yang disebut dengan nama Baju Walimomo,
Jenis Pakaian ini terdiri dari baju blus berlengan pendek, seperti bolero serta
kain sarung, dan untuk bagian depannya selembar kain yang ditempel, dan untuk
bain-bagian lainnya diberi hiasan berwarna kuning keemasan.
Adapun Baju Walimomo yang dipakai saat acara modutu ini terbuat dari bahan kain beludru,
brokat atau dapat juga memakai bahan jenis lain yang setidaknya memiliki
kualitas yang sama baiknya dengan kain beludru, serta penggunaan warna pada
pakaian adat biasanya menggunakan warna-warna yang cerah seperti merah, ungu,
kuning dan lain sebagainya.
Yang
tidak boleh ketinggalan pada pakaian adat ini adalah Perhiasan dan aksesoris berupa
Aksesoris Sunthi.
Sunthi atau istilah lainnya tusuk konde, adalah aksesoris yang terbuat dari bahan logam yang di sepuh dengan emas, dan dilengkapi dengan Sunthi burungi sebanyak dua belas buah, bentuk sunthi mirip
dengan kepala burung maka aksesoris ini dikenal dengan nama sunthi burungi, dan
bagi kaum wanita gorontalo pakaian tersebut memiliki makna atau berlambangkan masa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa dan siap untuk mengarungi bahtera rumah tangga atau menjadi
seorang ibu rumah tangga.
2. Pakaian Untuk Tahap
Kedua “Akaji”
Busana Wanita
Madipungu, Boqo Tunggohu dan Baju Gelenggo
Akaji adalah upacara pengantin tahap kedua, adapun
pakaian pengantin yang dikenakan bagi kaum wanita di tahap kedua saat upacara
akad nikah ini adalah berupa Baju Madipungu, Boqo Tunggohu dan Baju Gelenggo, adapun
perbedaan dari ketiga busana ini adalah terdapat pada ukuran lengan baju, dimana ukuran lengan
ada yang berukuran panjang dan ada pula yang berukuran pendek.
Adapun
ciri-ciri dari pakaian madipungu adalah berbentuk baju blus dengan bagian lengan
panjang bak baju kurung serta desain kerah atau lubang leher berbentuk huruf ( V ).
Sedangkan
bahan yang di gunakan adalah sama dengan yang di gunakan untuk busana tahap
pertama tadi, yakni dengan bahan kain beludru brokat atau bahan
lainnya, sedangkan untuk busana bagian bawah adalah
berupa kain sarung, bisa juga menggunakan rok panjang, dan pemakaiannya di
bagian luar baju.
Sebagai perlengkapan dari pakaian madipungu ini
adalah berupa kain sarung dan berbagi macam aksesoris perhiasan.
Busana Pria Baju Boqo Takowa Atau Takowa
Ditahap kedua ini mempelai pria saat acara
akad nikah mengenakan pakaian adat Gorontalo berupa Baju Boqo Takowa atau Takowa,
untuk bagian celana atau talala adalah berupa celana panjang dan di lengkapi
dengan beberapa aksesoris.
Baju Boqo
Takowa atau Takowa ini memiliki bentuk sama
seperti baju kemeja lengan panjang biasa, namun di bagian kerahnya di desain tegak, selain itu Baju Boqo Takowa diberi
kancing serta tiga buah saku yaitu saku bagian atas dan saku bawah agak besar
berada di sisi kiri dan kanan bagian bawah baju, dibagian dada dan saku baju di
hias dengan hias corak kain krawang
bersulamkan dari bahan benang emas, celana atau tambio berupa celana panjang, yang
dihiasi hiasan corak warna keemasan, di bagian kiri dan kanan celana disematkan
pita berwarna kuning keemasan yang disebut Pihi.
Sedangkan warna
celana yang dikenakan disesuaikan dengan baju bagian atas, atau baju atasan, begitu
pula dengan busana yang dipakai pengantin wanita, pemilihan warnanya biasanya
warna-warna cerah serta norak, yaitu merah
cerah, kuning cerah, hijau cerah, ungu cerah, dan merah hati cerah, konon lima
warna yang di pilih ini adalah berkaitan dengan 5 kerajaan masa silam, jadi
dahulu di Gorontalo ini pernah berdiri lima kerajaan.
Ragam hias atau aksesoris yang dipadukan pada Baju Takowa adalah payunga, Payunga ini adalah berupa akasesoris penutup kepala, dan didesain warna-warni dan warna yang digunakan juga
harus padu dengan warna busana yang dikenakannya.
Sedang
kan aksesoris lainnya adalah etango, etango
merupakan aksesoris ikat pinggang yang terbuat dari bahan logam dan disepuh dengan
emas, selain itu juga disematkan patatimbo
di pinggang bagian depan, patatimbo adalah pusaka atau senjata tradisional berupa
keris khas Gorontalo.
3. Pakaian
Untuk Tahap Ketiga “Mopo
Pipide”
Di tahap
ketiga ini merupakan sesi terakhir dari serangkaian upacara adat pernikahan adat
Gorontalo, dan acara ini di isi dengan kedua pengantin duduk berdampingan di
atas singgasana pelaminan, sesi ini bisanya di sebut dengan istilah Mopo Pipide.
Adapun busana adat yang dikenakan oleh kaum
wanita adalah Biliu , biliu merupakan jenis busana atau pakaian kebesaran yang
pada jaman dulu dikenakan oleh Permai Suri Raja.
Biliu merupakan Pakaian kebesaran yang
didesain berlengan panjang, untuk perlengkapan pakaian bagian bawah berupa kain
atau rok panjang dan sebagai perlengkapannya adalah beraneka ragam perhiasan atau
aksesoris rias wanita.
Sedangkan yang di pakai oleh pengantin pria
berupa Baju Paluwawa, Baju Paluwawa adalah busana seperti Baju Takowa, busana atau
pakaian adat ini yang terdiri dari Baju dan Celana panjang, biasanya Aksesoris atau perhiasan yang digunakan lebih lengkap
dan tampak meriah.
Itulah tadi beberapa penjelasan tentang pakaian
adat yang admin bahas pada artikel kali ini, semoga bermanfaat dan salam METIF Media
Edukatif
0 Response to "Ciri-ciri Pakaian Adat Provinsi Gorontalo"
Post a Comment