Fungsi dan Keunikan Rumah Adat Provinsi Jawa Barat
22 May 2018
Add Comment
Fungsi Rumah Kasepuhan
(Keraton Kasepuhan) dari Jawa Barat
METIF Media Edukatif-Provinsi Jawa Barat adalah salah satu Provinsi yang berada di sebelah barat pulau jawa, dan Jawa Barat yang beribukota di Bandung ini memiliki beragam kekayaan budaya daerah salah satunya adalah Rumah Adat yang disebut Rumah Kasepuhan atau Keraton Kasepuhan.
Pada awalnya keraton kasepuhan ini didirikan oleh Pangeran Cakrabuana sekitar abad 15, dan Pangeran Cakrabuana ini merupakan putra dari seorang raja dari Kerajaan Pajajran, raja tersebut bernama Prabu Siliwangi, dan keratin Kasepuhan ini merupakan pengembangan dari keraton Pakungwati yang terlebih dulu hadir sebelum Rumah Kesepuhan.
Berikut ini adalah ciri-ciri dan Fungsi dari 3 bangunan luar dari Rumah Kasepuhan atau Keraton Kesepuhan provinsi Jawa Barat :
a. Komponen Pintu Gerbang Utama
Pada bagian ini ada dua buah pintu gerbang dan masing masing pintu gerbang ini berada utama yang di sebut Kreteg Pangrawit (berupa jembatan) ini berada di sebelah utara gerbang ini merupakan gerbang pertama, dan satu lagi berada di selatan yang disebut Lawang Sanga atau pintu sembilan.
b. Komponen Bangunan Pancaratna
Bangunan Pancaratna ini berada di bagian kiri atau di depan kompleks ke arah Barat, Bangunan Pancaratna memiliki fungsi untuk tempat seba saat menghadap tetua atau pembesar adat, atau desa yang diterima oleh Demang atau Wedana kerajaan.
c. Komponen Bangunan Pangrawit
Sedangkan pada komponen Bangunan Pancaniti atau Pangrawit (berarti Jalan, raja atau atasan) yang berada di sebelah kiri bagian depan kompleks serta posisinya menghadap ke arah Utara ini berfungsi ungsinya sebagai tempat perwira melatih silat atau berperang para prajurit kerajaan, selain itu juga dijadikan sebagai tempat beristirahat, da nada kalanya di jadikan sebagi temapt sidang atau memutuskan sebuah perkara.
Sedangkan pada kompleks keraton di bagian dalam memiliki ciri-ciri serta 3 fungsi masing-masing, berikut penjelasan dari fungsi 3 bagian keratin kasepuhan Cirebon tersebut :
I. Fungsi Halaman Bagian Pertama
Berlajut ke halaman bagian Pertama Rumah adat Jawa Barat, setelah melewati bagian-bagian awal yang telah admin jelaskan tadi sekarang kita berlanjut ke sesi berikutnya yaitu Kompleks Siti Inggil, dan untuk masuk pada area pertama ini kita biasanya melewati sebuah gapura yang disebut dengan nama Gapura Adi atau Gapura Banteng yang berposisi di bagian utara Siti Inggil, adapun beberapa bangunan yang berada di ompleks Siti Inggil ini diantaranya adalah ;
1. Fungsi Bangunan Mande Pendawa Lima
Pada jaman kerajaan dulu tempat ini ini berfungsi sebagai tempat istirahat atau tempat duduk bagi pengawal raja.
2. Fungsi Bangunan Mande Malang Semirang
Bangunan ini merupakan berfungsi sebagai tempat sang raja timadu saat menyaksikan pergelaran kesenian atau acara-acara lainnya yang biasanya di adakan di sebuah alun-alun kerajaan.
3. Fungsi Bangunan Mande Semar Timandu
Bagian ini memiliki fungsi sebagai tempat duduk bagi penghulu raja, penghulu raja ini yang bertugas sebagai penasehat raja.
4. Fungsi Bangunan Mande Karesmen
Pada bangunan ini berfungsi sebagai tempat ditampilkannya aneka pergelaran kesenian khusus untuk di nikmati sang raja.
5. Fungsi Bangunan Mande Pengiring
Bangunan ini dahulu difungsikan sebagai tempat mengiring sang raja menuju ke suatu tempat.
6. Fungsi Bangunan Bangunan Pengada
Dan fungsi bangunan yang ke enam ini adalah untuk tempat pembagian berkat serta berfungsi sebagai tempat pemeriksaan, penggeledahan atau rajia sebelum menghadap sang raja.
II. Halaman kedua
Adapun pada halaman ini dibatasi dengan tembok yang dibuat dari bahan batu bata, dan dibagian pagar sebelah utara tampak dua buah bangunan gerbang, bangunan-bangunan tersebut bernama Regol Pengada yang berfungsi sebagai pintu masuk ruangan ke tiga, dan satu lagi Gapura Lonceng, gapura ini berada tepat di di bagian Timur bangunan Gerbang Pangada, berikut penjelasan dari fungsi kedua halaman tersebut ;
1. Fungsi Halaman Pengada
Pada pertama yaitu Halaman Pengada memiliki fungsi sebagai tempat parker kendaraan, yang pada masa itu berupa kuda atau delman, dan pada halaman ini pula terdapat sebuah sumur yang airnya bisa digunakan untuk minum para kuda yang di parker di tempat ini.
2. Fungsi Halaman kompleks Langgar Agung
Sedangkan pada halaman Langgar Agung ini terdapat yang posisinya menghadap ke timur Langgar ini difungsikan sebagai tempat beribadah bagi para sanak saudara ataupun kerabat keratin, Langgar Agung ini sendiri juga dilengkapi dengan Pos Bedug Somogiri, ciri-ciri dari bangunan ini adalah didesain tanpa dinding serta atap berbentuk limas, pada bagian penutup atap didukung atau disangga dengan 4 buah tiang utama serta 5 tiang lainnya berfungsi sebagai pendukung tiang utama.
III. Halaman Ketiga
Berikutnya adalah halaman ketiga, halaman ke tiga ini merupakan kompleks bangunan inti Keraton Kasepuhan Provinsi Jawabarat, dan pada halaman ini sekurang-kurangnya terdapat 16 halaman dengan fungsinya masing-masing, dan berikut penjelasan arti filosofi dari 16 tempat tersebut ;
1. Halaman Taman Bunderan Dewandaru.
Taman Bunderan Dewandaru yang menurut bahasa berarti bulat, dari sisi istilah berarti kesepakatan dari kata sepakat, selanjutnya dewa biasa diartikan sebagai seseorang atau sang penguasa sedangkan ndaru itu artinya cahaya, jadi jika diartikan secara keseluruhan akan memiliki makna atau arti “ seseorang yang menerangi kehidupan orang yang masih hidup dari kegelapan”.
2. Bangunan Museum Benda Kuno.
Pada Museum Benda Kuno dengan bentuk huruf E menghadap timur ini Terdapat 2 pintu yang berguna sebagai bangunan untuk memenuhi bangunan ini, dan di sini merupakan ruangan yang digunakan untuk menyimpan barang-barang kuno yang dianggap berharga.
3. Bangunan Museum Kereta.
Pada bangunan museum kereta yang menghadap ke barat dan teat di timur ini adalah sebuah Taman Bunderan Dewandaru, di kawasan inilah di simpan bermacam-macam kereta peninggalan kerajaan.
4. Bangunan Tunggu Manunggal
Bangunan Tunggu Manunggal ini adalah berupa sebuah batu dengan bentuk fisik pendek dan batu tersebut dikelilingi oleh delapan buah pot bunga dimana Bangunan Tunggu Manunggal ini melambangkan bahwa Allah yang bersifat satu dzat.
5. BangunanLunjuk
Bangunan Lunjuk adalah sebuah bangunan yang menghadap ke arah timur, Lunjuk ini merupakan sebuah tempat yang berfungsi sebagai tempat melayani para tamu, serta tempat raja menerima dan mencatat segala aspirasi,keluhan, atau permasalahan yang akan disampaikan kepada sang raja.
6. Bangunan Sri Manganti
Bangunan Sri Manganti ini berposisi di sebelah timur tugu manunggal, bangunan ini dibuat terbuka atau tanpa dinding, Bangunan Sri Manganti berfungsi sebagai tempat tunggu segala keputusan yang akan diberikan oleh sang raja.
7. Bangunan Induk Keraton
Bangunan Induk Keraton adalah sebuah bangunan yang di jadikan sebagai tempat menjalankan segala aktivitas sultan, dan pada bangunan ini pula terdapat beberapa ruangan pendukung lainnya yang memiliki fungsi serta kegunaan yang berbeda-beda, adapun ruangan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut ;
8. Bangunan Kuncung dan Kutagara Wadasan
Bagunan atau tempat ini digunakan sebagai tempat memarkirkan kendaraan yang dimiliki oleh sultan.
9. Bangunan Jinem Pangrawit
Bangunan Jinem Pangrawit merupakan bangunan keraton yang sekaligus berfungsi sebagai serambi keraton, bangunan yang juga disebut dengan nama kajineman ini juga memiliki arti tempat tugas, sedangkan pangrawit berasal dari kata rawit yang berarti kecil atau halus, ruangan ini juga memiliki fungsi sebagai tempat sang sultan menyambut tamunya.
10. Bangunan Ruangan Gajah Nguling
Bangunan Ruangan Gajah Nguling ini memiliki ciri-ciri fisik sebuah bangunan yang tidak dilengkapi dengan dinding, pada bangunan ini terdapat enam buah tiang berbentuk bulat, dan desain ruangan ini mirip dengan seekor gajah yang terguling serta posisi belalai yang bengkok, menurut sejarah bangunan ini di bangun oleh sultan sepuh ke Sembilan, yang mana pembangunannya pada sekitar abad 18 silam.
11. Bangunan Bangsal Pringgandani
Bangunan atau ruangan ini berada di sebelah selatan bangunan gajah ngguling, dan bangunan ini memiliki fungsi sebagai tempat menghadap para Bupati Cirebon, Majalengka, Indramayu dan Kuningan, da nada kalanya juga digunakan sebagai tempat melakukan sidang bagi warga keraton.
12. Bangunan Bangsal Prabayasa
Bangunan Bangsal Prabayasa ini berada di sebelah selatan bangunan bangsal pringgadari, Bangsal Prabayasa (Prabayasa) adalah berasal dari kata praba yang artinya sayap serta yang memiliki arti besar, secara keseluruhan mengandung makna atau arti bahwa seorang Sultan akan melindungi rakyatnya dengan kedua belah tangannya yang besar (memiliki kuasa). Ciri fisik ruangan ini memiliki dinding ruangan yang berhiaskan hiasan atau relief Kembang Kanigaran yang juga menjadi lambang kenegaraan, adapun maksudnya adalah bahwa seorang sultan juga harus memiliki jiwa welas asih (penuh kasih sayang) terhadap semua rakyatnya.
13. Bangunan Bangsal Agung Panembahan
Bangsal Agung Panembahan adalah bangunan yang berada disebelah selatan, dan memiliki ciri fisik memiliki ketinggian yang lebih tinggi satu meter dari bangunan bangsal Prabayaksa, adapun fungsi dari Bangsal Agung Panembahan ini adalah sebagai tempat atau singgasana sang Gusti Penembahan, dan sampai kini bangunan ini tetap asli dari sejak dibangun pada abad 15 silam.
14. Bangunan Pungkuran
Bangunan Pungkuran adalah sebuah bangunan yang berada tepat di bagian belakang keraton, dan biasanya di jadikan sebagai tempat meletakkan sajian hidangan pada saat merayakan hari besar Islam Maulid Nabi.
15. Bangunan Dapur Maulud
Bangunan Dapur Maulud posisinya berada tepat di depan Kaputren dengan posisi menghadap kearah Timur, adapun fungsi dari Bangunan Dapur Maulud ini adalah sebagai tempat proses berlangsungnya pengolahan makanan atau memasak untuk persiapan acara Maulid Nabi Muhammad SAW. yang akan di selenggarakan di keraton kesepuhan ini.
16. Bangunan Pamburatan
Bangunan yang terakhir adalah Bangunan Pamburatan, bangunan ini berada di sebelah selatan Kaputren, arti dari kata Pamburatan adalah menggurat atau bisa juga berarti mengerik. Bangunan Pamburatan memiliki fungsi untuk mengerik kayu-kayu wangi atau kayu yang secara umum di gunakan untuk boreh yang dijadikan sebagai perlengkapan acara selamatan saat merayakan Maulud Nabi SAW di Keraton Kasepuhan ini.
Nah itulah beberapa tentang rumah adat dari Provinsi Jawa Barat yang telah admin himpun pada artikel kali ini, semoga bermanfaat bagi kita semua, dan salam METIF-Media edukatif.
0 Response to "Fungsi dan Keunikan Rumah Adat Provinsi Jawa Barat"
Post a Comment