Sejarah dan Peninggalan Kerajaan Kutai Bercorak Hindu di Kalimantan Timur
26 June 2019
Add Comment
" Kerajaan Kutai "
Berikut ini adalah penjelasan tentang sejarah dan peninggalan kerajaan KUTAI
Sahabat Media Edukatif Dimanapun Berada Kerajaan Kutai
Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai
diperkirakan berdiri pada abad SM atau sekitar ±
400M. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman,Tepatnya di Provinsi Kalimantan Timur (berdekatan dengan kota
Tenggarong), berada di tepat hulu
sungai Mahakam. Sedangkan Nama Kutai itu sendiri diambil dari nama tempat dimana ditemukannya prasasti yang menggambarkan
kerajaan Kutai tersebut. Nama Kutai disematkan oleh para ahli sebab tidak ada
prasasti yang secara gamblang menyebutkan nama
kerajaan tersebut. Oleh karena sangat sedikit informasi yang didapat mengakibatkan kurangnya sumber atau bukti-bukti sejarah kerajaan tersebut.
Keberadaan kerajaan kutai diketahui berdasa sumber berita yang diperoleh melalui berupa
prasasti yang berbentuk yupa atau tiang batu yang berjumlah 7 buah. Yupa yang ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa
sansekerta tersebut, dapat dijadikan acuan untuk menyimpulkan keberadaan Kerajaan Kutai dari berbagai aspek baik itu kebudayaan, politik, sosial,
ekonomi, dan budaya. Selanjutnya isi prasati tersebut memberikan informasi bahwa raja pertama
Kerajaan Kutai adalah bernama Kudungga. Beliau mempunyai seorang putra bernama Asawarman yang disebut sebagai wangsakerta (pembentuk
keluarga). Setelah meninggal, Asawarman digantikan oleh Mulawarman. Penggunaan nama Asawarman serta nama-nama raja
pada generasi berikutnya menunjukkan telah masuknya pengaruh ajaran Hindu didalam Kerajaan Kutai dengan demikian hal pula yang dapat memberikan bukti bahwa raja-raja Kutai merupakan orang Indonesia asli yang
telah memeluk agama
Hindu.
Adapun penafsiran atau transliterasi
prasasti diatas adalah sebagai berikut:
1. SISTEM POLITIK
KERAJAAN KUTAI
Corak kehidupan
politik seperti yang digambarkan dalam yupa menerangkan bahwa raja terbesar Kutai dimasa itu adalah
Mulawarman, putra Aswawarman dan
Aswawarman adalah putra Kudungga. Dalam yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman juga disebut sebagai seorang Dewa
Ansuman atau Dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga
raja. Dan dengan demikian berarti
Asmawarman sudah menganut agama Hindu serta dipandang sebagai pendiri keluarga
atau dinasti dalam agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat bahwa Kudungga masih nama Indonesia asli serta masih sebagai
kepala suku, yang menurunkan raja-raja Kutai. Dalam kehidupan sosial terjalinlah hubungan yang
harmonis dan erat antara Raja Mulawarman dengan
kaum Brahmana, seperti yang telah dijelaskan daham yupa, bahwasannya raja Mulawarman telah memberikan sedekah sebanyak 20.000 ekor
sapi kepada kaum Brahmana di daham tanah yang suci bernama Waprakeswara.
Istihah Waprakeswara atau tempat
suci untuk memuja Dewa Siwa di pulau jawa disebut Baprakewara.
Mulawarman
Mulawarman merupakan anak Aswawarman dan sekaligus cucu dsri Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat
kental dengan pengaruh
bahasa Sansekerta bila ditelisik dari cara penulisannya. Kundungga sendiri adahah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang masa itu datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.
Aswawarman
Aswawarman dimungkinkan adalah raja pertama dari Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. la juga dikenal sebagai pendiri dinasti Kerajaan
Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga.
Aswawarman mempunyai tiga orang putera, dan Mulawarman adalah salah satunya. Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Berdasarkan dari yupa diketahui bahwasannya pada
masa pemerintahan Mulawarman, dan dimasa ini Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya tersebar hampir diseluruh wilayah Kalimantan Timur. Dimasa itu Rakyat Kutai hidup sejahtera
dan makmur. Kerajaan Kutai
seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi
dengan pihak asing, sehingga sedikit sekali orang yang mengenalinya.
Berikut ini adalah Nama-Nama Raja
Kutai:
. Maharaja
Kundungga, gelar anumerta Dewawarman
. Maharaja
Asmawarman (anak Kundungga)
. Maharaja
Mulawarman
. Maharaja
Marawijaya Warman
. Maharaja Cajayana
Warman
. Maharaja Tungga
Warm an
. Maharaja jayanaga
Warman
. Maharaja Nalasinga
Warman
. Maharaja Nala
Parana Tungga
. Maharaja Cadingga
Warman Dewa
. Maharaja Indra
Warm an Dewa
. Maharaja Sangga
Warman Dewa
. Maharaja
Candrawarman
. Maharaja Sri
Langka Dewa
. Maharaja Cuna
Parana Dewa
. Maharaja Wijaya
Warman
. Maharaja Sri Aji
Dewa
. Maharaja Mulia
Putera
. Maharaja Nala
Pandita
. Maharaja Indra
Paruta Dewa
. Maharaja Dharma
Setia
2. KEHIDUPAN
MASYARAKAT KERAJAAN KUTAI
1 Masyarakat di
Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur.
2. Masyarakat di
Kerajaan Kutai mempunyai kepiawaian dalam beradaptasi dengan budaya luar (India), tetap mengikuti pola perubahan modern zaman namun tetap memelihara serta melestarikan budayanya sendiri.
Perekonomian di
Kutai, belum dapat diketahui secara pasti, kecuali yang disebutkan dalam salah satu prasasti, dimana Raja Mulawarman telah
mengadakan upacara korban emas dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor
sapi untuk golongan Brahmana.
Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh. Apabila
emas dan sapi tersebut didapat dari tempat lain, maka dapat disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan
kegiatan dagang. jika diperhatikan dari segi letak geografis, Kerajaan Kutai terletak di jalur perdagangan antara Cina dan
India dengan alasan tersebut maka Kerajaan Kutai menjadi salahsatu tempat yang
menarik untuk disinggahi para pedagang. Hal tersebut menunjukan bahwa
kegiatan perdagangan telah
menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Kutai, disamping kegiatan ekonomi pertanian.
Disisi lain dalam
kehidupan kebudayaa dapat Kutai digolongkan termasuk sudah maju. Hal tersebut dibuktikan
melalui upacara penghinduan
(pemberkatan memeluk agama Hindu) yang disebut Vratyastoma, Vratyastorna telah dilaksanakan sejak pemerintahan
Aswawarman dikarenakan Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri kelndonesiaannya,
sedangkan yang memimpin
upacara tersebut adalah para ahli, beliau dipastikan adalah para pendeta (Brahmana)
dari India. Akan tetapi pada masa Mulawarman
kemungkinan sesekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh kaum Brahmana
dan orang Indonesia asli.
Adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia telah membuktikan bahwa kemampuan
intelektualnya tinggi, terutama
penguasaan terhadap bahasa Sansekerta yang pada dasarnya bukanlah bahasa sehar-hari bagi rakyat
India, namun merupakan bahasa yang resmi bagi kaum Brahmana dalam hal keagamaan.
3. RUNTUHNYA
KERAJAAN KUTAI
Kerajaan Kutai mengalami keruntuhan pada saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Sella gugur dalam
peperangan di tangan Raja Kutai
Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diketahi bahwa Kutai
ini (Kutai Martadipura) tidak sama dengan
Kerajaan Kutai Kartanegara yang pertamakali beribukota di Kutai Lama
(Tanjung Kute). Kutai Kartanegara
inilah, dan di tahun 1365, pernah disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Bshwa Kutai
Kartanegara selanjutnya berubah kepercayaan menjadi
kerajaan bercorak Islam dan disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.
Berikut Peninggalan Kerajaan
Kutai
Suber Referensi :http://sejarahbudayanusantara.weebly.com
Demikianlah penjelasan tentang Sejarah Kerajaan Kutai Pada Kesempatan Kali ini Semoga bermanfaat dan salam media edukatif.
0 Response to "Sejarah dan Peninggalan Kerajaan Kutai Bercorak Hindu di Kalimantan Timur"
Post a Comment