Ciri dan Keunikan Pakaian Adat Provinsi Provinsi Sulawesi Tenggara
05 May 2018
Add Comment
Pakaian Adat Provinsi Provinsi Sulawesi Tenggara
METIF Media Edukatif-Provinsi
Sulawesi Tenggara memiliki beberapa suku bangsa, dari beberapa suku bangsa yang
ada tersebut tercipta pula keanekaragaman budaya, salah satunya tampak pada
pakaian adat yang di miliki oleh suku-suku tersebut, dan beberapa diantaranya
akan admin bahas pada artikel kali ini.
Nah seperti apa penjelasan selanjutnya mari
kita simak di bawah ini ;
1.
Pakaian
Adat Suku Buton Sulawesi Tenggara
Secara umum orang-orang dari suku Buton
biasanya memakai pakaian yang berwarna dasar biru yang terdiri dari kain sarung
dan destar atau ikat kepala.
Agar
sarung yang dikenakan dapat terpasang dengan kuat maka sarung tersebut di ikat
menggunakan kabokena tanga atau ikat
pinggang yang dihiasi dengan dengan hiasan berbentuk rumbaian jambul-jambul.
Ikat
kepala dililitkan di tengah kepala sehingga membentuk lipatan-lipatan yang
meninggi di sebelah kanan kepala, yang disebut biru-biru.
Untuk
pakaian yang dikenakan sehari-hari oleh wanita suku Buton adalah bernama
baju kombowa,
pakaian adat
tersebut terdiri dari bia-bia itanu atau sebuah busana atau baju serta kain
sarung dengan motif berbentuk kotak-kotak kecil.
Selain
itu juga terdapat baju dengan lengan pendek dan tidak di lengkapi dengan kancing
baju.
Terdapat pula dua buah sarung yang
di kenakan pada bagian luar dan dalam, Sarung yang terdapat di bagian dalam di pasang
dengan cara dililitkan di pinggang dan ukurannya juga lebih panjang dari pada
sarung untuk bagian luar.
Selain
itu mereka juga mengenakan beberapa Perhiasan berupa sanggul yang dibubuhi hiasan
yang di buat dari bahan kain ataupun logam membentuk kembang cempaka dengan
warna kuning keemasan, sementara itu kaum wanita juga mengenakan aksesoris
perhiasan berupa anting-anting, cincin, dan gelang yang terbuat dari bahan
emas.
Sepertihalnya suku-suku lain, Masyarakat suku
Buton ini juga memiliki pakaian adat khusus yang di gunakan saat mengadakan
acara upacara adat, seperti acara posuo
atau memingit gadis dan acara ini dilakukan
saat gadis suku Buton sudah beranjak dewasa, selain itu pakaian adat ini juga dikenakan saat upacara sunatan,
Bagi kaum wanita suku Buton yang akan
dipingit diharuskan mengenakan pakaian adat yang di sebut dengan nama kalambe,
kalambe ini terdiri dari kambowa, dua buah kain sarung berlapis yang di pakai dengan di ikat
dengan ikat pinggang, ikat pinggang yang terbuat dari bahan semacam kain, dan
beberapa aksesoris perhiasan dari logam atau emas, terdapat tanda atau
ciri-ciri bahwa wanita tersebut sudah di pingit, tanda itu berupa adalah wanita
tersebut sudah memakai kabokenalimo atau gelang yang di
hias dengan manik-manik, gelang dengan ciri-ciri tersebut di kenakan di sebelah
kiri.
Sedangkan bagi anak laki-laki suku Buton
remaja dan akan memasuki masa dewasa maka akan melalui sebuah upacara yang disebut sunatan, bagi anak yang akan melaksanakan upacara sunatan ini biasanya
selalu mengenakan pakaian adat ajo tandaki , tandaki ini berupa sebuah
mahkota, dan mahkota ini hanya boleh dikenakan oleh anak-nak dari golongan kaomu
atau golongan bangsawan.
Pakaian tradisional ajo tandaki terdiri dari
beberapa bagian diantaranya mahkota yang dibuat dari kain merah, berhiaskan
manik-manik,serta di sematkan bulu burung cenderawasih serta ornament lain yang
terbuat dari bahan logam, bia ibolaki atau sarung berhias serta sulepe atau ikat pinggang.
Dan
saat menghadiri acara-acara tersebut kaum kaum wanita biasanya menggunakan
pakaian adat lengkap dengan berbagai aksesorisnya, seperti mengenanakan pakaian
adat baju
kambowa dan sarung yang bermotif (bia-bia itanu kumbea).
Sarung
dikenakan dengan cara dililitkan pada bagian pinggang dengan sebagiannya
menutup bagian baju, memakai sulepe dengan bahan logam atau aksesoris yang dipakai
sebagai ikat pinggang.
Perlengkapan
lainnya berupa gelang di pakai pada kedua tangan, anting-anting di telinga dan
kalung emas yang menghiasi bagian lehernya, sanggul yang di kenakan dililit pita dari kain berwarna merah atau di sesuaikan dengan warna baju yang
dipakainya, pada bagian kepala di beri sanggul popungu kelu-kelu, adapun
beberapa perlengkapan dan pakaian adat yang di jelaskan ini hanya boleh dipakai oleh kaum wanita kalangan
bangsawan atau kaomu.
2.
Pakaian Adat
Suku Tolaki Sulawesi Tenggara
Pada
jaman dahulu pakaian adat Suku Tolaki hanya di kenakan oleh kalangan bangsawan
saja, tapi kini pakaian adat tersebut dipakai saat mengadakan acara-acara adat
seperti resepsi pengantin, dan acara resmi lainnya.
Pakaian
adat suku tolaki yang di pakai oleh kaum laki-laki terdiri dari babu
ngginasamani atau baju yang
berhiaskan sulaman, saluaro mendoa atau celana, sul epe atau sebuah ikat pinggang yang terbuat dari
bahan logam, serta pabele atau destar penutup kepala,
sementara itu untuk pakaian yang di pakai oleh kaum perempuan adalah babu
ngginasamani , sawu atau kain sarung, sulepe yang di lengkapi
dengan beberapa aksesori diantaranya adalah tusuk konde lengkap dengan perhiasan
sanggul berupa beberapa tangkai kembang yang terbuat dari bahan logam dengan
warna emas, eno-eno atau kalung yang
dikenakan di leher, bolosu atau gelang tangan, andi-andi atau anting-anting, dan
untuk alas kakinya berupa solop atau sandal.
3.
Pakaian Adat
Suku Muna Sulawesi Tenggara
Masyarakat
suku muna banyak bermukim di wilayah Kabupaten Muna,dikesehariannya kaum pria
suku muna memakai baju adat tradisioanl yang diantaranya adalah bhadu atau baju, bheta sebuah sarung, sala atau celana dan
sebagai penutup kepalanya adalah peci/ songkok /kopiah dan ikat kepala yang di
sebut kampurui.
Adapun ciri-ciri dari pakaian tersebut adalah
baju tersebut berlengan pendek biasa, warna
baju putih. Untuk Ikat kepalanya adalah kain dengan corak batik, kain sarung
bercorak geometris horizontal, ikat pinggang yang terbuat dari bahan logam berwana kuning
keemasan, ikat pinggang yang di pakai
berfungsi sebagai pengencang kain sarung
yang di pakai, selain itu ikat pinggangnya juga berfungsi sebagai tempat untuk
menyelipkan senjata tradisional Provinsi Sulawesi Tenggara.
Sementara
pakaian adat yang dikenakan oleh kaum wanita adalah bheta, bhadu, simpulan
kagogo atau kain yang dijadikan sebagai ikat pinggang, adapun model
bajunya berupa baju dengan lengan pendek da nada pula yang di desain berlengan panjang.
Pakaian
adat itu terbuat dari bahan kain satin dengan pilihan warna-warna gelap seperti merah atau pun biru, dalam
kesehariannya wanita suku muna ini mengenakan pakaian yang bernama kuta
kutango , adapun ciri-ciri pakaian tersebut desain bajunya berlengan
pendek, keunikan dari pakaian adat tersebut adalah di setiap ujung-ujung bagian
baju di beri renda-renda yang menghias pakaian tersebut, sementara itu pada
bagian lubang leher diberi hiasan warna kuning keemasan.
Sementara
itu kain sarung yang dikenakan biasanya berwarna biru, merah, coklat, hitam,
dan warna-warna gelap lainnya, dan sarung ini bercorak garis-garis horizontal.
Sebagai
aksesoris pelengkap pakaian adat ini maka pemakainya ditambahkan dengan
perhiasan-perhiasan berupa kalung berbentuk bulat dari bahan logam, gelang dari
emas, serta gelang kaki yang terbuat dari emas maupun perak.
Kain
sarung yang biasanya dipakai oleh kaum wanita berjumlah tiga lapis dan
masing-masing lapisan memiliki fungsi sendiri-sendiri, diantaranya lapisan
pertama berupa sarung yang fungsinya
seperti rok, sarung tersebut berwarna putih dan penggunaanya dengan cara dililitkan
pada bagian pinggang, Lapisan yang kedua berfungsi untuk membalut bagian baju dengan
cara dililitkan di bagian dada hingga menjurai sampai atas lutut, dan lapisan yang
ketiga digulung serta melilit pada bagian dada dan terkepit oleh ketiak dan pada ujung lilitannya dipegang
dengan salah satu tangan pemakainya.
Pakaian
ini sampai sekarang tetap terjaga kelestariannya terutama pada saat upacara
adat karia
atau pingitan gadis, dan pada acara tersebut sigadis mengenakan pakaian adat yang
terdiri dari bhadu, bheta, salenda atau selendang serta aksesoris berupa sulepe atau ikat pinggang
.
Dan
untuk aksesoris perhiasannya adalah berupa simbi atau gelang tangan , dali anting-anting, tongko
atau kalung , kurondo atau gelang kaki dan berikutnya
adalah berupa sanggul yang dihiasi dengan kawutu atau pita pengikat konde , panto
atau tusuk konde danyang terakhir adalah kabunsale kain yang didesain
bersulamkan benag emas dengan bentuk menyerupai pita.
Nah
itulah tadi beberapa jenis pakaian adat yang terdapat di Provinsi Sulawesi
Tenggara, semoga bermanfaat bagi para pembaca dimanapun berada, sekian dan
salam METIF Media Edukatif.
0 Response to "Ciri dan Keunikan Pakaian Adat Provinsi Provinsi Sulawesi Tenggara"
Post a Comment