5 Tempat Wisata Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

Berikut ini adalah tempat wisata yang ada di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, nah para sahabat yang penasaran silahkan kunjungi 5 tempat wisata paling populer di provinsi ini.


1. Museum Negeri Banda Aceh


Museum Negeri Aceh merupakan salah satu tempat wisata yang jangan sapai dilewatkan ketika sobat berkunjung ke provinsi Banda Aceh. Adapun posisi dari Museum ini adalah di Jalan Alauddin Mahmud Syah, Banda Aceh, didalam museum ini terdapat bermacam-macam pernak-pernik bekas peninggalan sejarah dari masyarakat Aceh dan bermula sejak pra sejarah. Dan di tempat ini pula kita dapat menemukan berbagai jenis perkakas, peralatan pertanian, peralatan rumah tangga, senjata tradisional dan pakaian tradisional. Di museum ini pula para pengunjung dapat melihat berbagai koleksi manuskrip kuno, dokumentasi foto sejarah dan maket dari perkembangan Masjid Agung Baiturrahman. 


Museum ini adalah peninggalan dari pemerintahan Hindia Belanda. 

dan dahulu diresmikan pada 31 Juli 1915, yang dilakukan oleh seorang Gubernur Sipil dan Militer Aceh yakni Jenderal H.N.A Swart. sementara itu Museum tersebut dikepalai oleh FW Stammeshaus dan sekaligun memegang jabatan sebagai Kurator sampai tahun 1931. Pada saat itu, museum ini hanya berbentuk sebuah rumah tradisional Aceh (Rumoh Aceh) yang keberadaannya masih tetap dipertahankan dalam area halaman museum hingga saat ini. Bangunan berbahan dasar kayu ini berbentuk rumah panggung dengan sistem konstruksi pasak yang dapat dibongkar pasang secara fleksibel. 


Museum yang disebut juga dengan nama Rumoh Aceh ini sebelumnya dipertunjukkan dalam Pameran Kolonial (De Koloniale Tentoonsteling) yang berlangsung di Semarang pada tahun sebelumnya. Dalam pameran tersebut, kebanyakan koleksi di Paviliun Aceh merupakan koleksi pribadi Stammeshaus ditambah berbagai koleksi benda pusaka peninggalan kesultanan Aceh. Dalam pameran ini, Rumoh Aceh memperoleh anugerah sebagai Paviliun terbaik dengan perolehan 4 medali emas, 11 perak serta 3 perunggu untuk berbagai kategori. 



Diantara koleksi yang sangat terkenal pada masa itu dari museum ini adalah sebuah lonceng yang umurnya mencapai 1400 tahun. Lonceng tersebut dinamakan  ‘Lonceng Cakra Donya’ dan dahulunya merupakan hadiah dari Kaisar Cina dari Dinasti Ming kepada Sultan Pasai pada Abad Ke-15, yang dihadiahkan saat perjalanan muhibah Laksamana Muhammad Cheng Ho. Lonceng ini dibawa ke Aceh saat Sultan Ali Mughayat Syah dari Kesultanan Aceh menaklukkan Pasai pada tahun 1524 M.


2. Gunongan

GUNONGAN adalah simbol sebagai kekuatan cinta Sultan Iskandar Muda kepada sang permaisuri. Seorang yang sangat cantik dari Kerajaan Pahang, Malaysia. Berawal dari kisah sang putri yang dikenal dengan nama Putroe Phang sering sekali merasakan kesepian karena suaminya adalah seorang raja yang tersus menerus memeiliki kesibukan. Kenangan semasa di kampung halamannya di Pahang selalu terbayang di pelupuk mata. Sang sultan yang memahami kegundahan permaisurinya lantas membangun sebuah gunung kecil (Gunongan) sebagai miniatur perbukitan yang mengelilingi istana Putroe Phang di Pahang. Betapa bahagianya sang putri dari Pahang itu mendapat persembahan cinta dari sang sultan. Ia pun terlena bermain dengan dayang-dayangnya. Keberadaan Gunongan tersebut mengobati kerinduannya akan kampung halaman. 


Bangunan berbentuk persegi enam, menyerupai bunga dan bertingkat tiga dengan tingkat utama berbentuk mahkota itu dibangun pada abad ke-16 (1607-1636). Pada dindingnya ada sebuah pintu masuk berukuran rendah yang selalu dalam keadaan terkunci. Dari lorong pintu itu ada sebuah tangga menuju ke tingkat tiga Gunongan. Taman Putroe Phang Taman ini merupakan bagian dari persembahan Sultan Iskandar Muda kepada sang permaisuri dari Pahang, Malaysia. Sebelumnya pada tahun 1613 dan tahun 1615 tentara laut dan darat Kerajaan Aceh Darussalam berhasil menaklukkan Kerajaan Johor dan Kerajaan Pahang di Semenanjung Utara Melayu. 



Sebagaimana tradisi pada masa itu, kerajaan yang kalah perang harus menyerahkan rampasan perang, upeti, dan pajak tahunan. Termasuk juga menyerahkan putri kerajaan untuk diboyong sebagai tanda takluk. Putri tersebut biasanya diperistri oleh raja guna mempererat hubungan dengan kerajaan yang ditaklukkan. 



Sehingga kerajaan pemenang menjadi semakin besar dan semakin kuat pengaruhnya. Akan halnya putri boyongan dari Pahang itu terkenal dengan parasnya yang rupawan serta budi bahasanya yang halus. Hal itu lantas membuat pernikahan tidak lagi atas dasar alasan politis, karena Sultan Iskandar Muda benar-benar dibuat jatuh hati kepada sang putri Pahang. Sang Sultan pun mempersuntingnya sebagai permaisuri. 



Demi cintanya kepada sang putri, Sultan bersedia membangun sebuah Taman Sari yang begitu indah lantas taman tersebut diberi nama Gunongan dan dijadikan sebagai tempat menghibur diri sang putri. Selain digunakan sebagai tempat bercengkerama, Gunongan ini juga manfaatkan sebagai tempat berganti pakaian bagi permaisuri setelah mandi di sungai yang mengalir di tengah-tengah istana. Untuk menuju ke taman ini, sultan membangun sebuah pintu gerbang sebagai penghubung antara istana dengan Taman Ghairah (Taman Sari). Pintu gerbang tersebut dikenal dengan nama pinto khop (pintu biram indrabangsa) yang bermakna, pintu mutiara keindraan atau raja-raja. Memiliki ukuran dengan panjang 2 meter, lebar 3 meter, dan tinggi 3 meter dan terbuat dari bahan kapur. Pintu gerbang itu diperuntukkan khusus untuk kalangan keluarga istana dan berada di Kompleks Taman Putroe Phang. “Putri dari Pahang tersebut membawa pengaruh dalam pemerintahan Kerajaan Aceh Darussalam. Ia membuat aturan seperti dalam tatacara pernikahan maupun perniagaan,” terang Sejarawan Aceh, Rusdi Sufi. 



Rusdi memaparkan selain Putri Pahang, Sultan Iskandar Muda juga mempersunting putri dari Kerajaan Bugis, Makassar serta putri dari Tanah Gayo, Aceh. Pernikahan Sultan dengan putri Bugis melahirkan Ratu Safiatuddin, yang pada kemudian hari dinikahkan dengan putra dari Kerajaan Pahang yaitu Iskandar Tsani. Sepeninggal sultan, Iskandar Tsani memimpin Kerajaan Aceh Darussalam dan kemudian setelah mangkat digantikan oleh istrinya, Ratu Safiatuddin. Ia menjadi satu dari tiga perempuan yang pernah memimpin kerajaan selain Ratu Kamalat Syah dan Nurul A’la. 



Sedangkan pernikahan Sultan dengan putri Gayo melahirkan Meurah Pupok, sang putra mahkota yang kemudian melanggar aturan agama dan mengembuskan napas terakhir di ujung pedang ayahandanya sendiri. Sementara pernikahan sultan dengan Putri Pahang tidak membuahkan keturunan. Lokasi Baik Gunongan maupun Taman Putro Phang merupakan situs cagar budaya. Pada dahulu kala keduanya masuk dalam kawasan Bustanussalatin yang artinya taman raja-raja kesultanan Aceh. 



Luasnya hampir 1/3 Kuta Raja (sekarang Banda Aceh) dan dipisahkan oleh Krueng Daroy. Krueng dalam bahasa lokal bermakna sungai. Krueng Daroy merupakan sungai buatan serupa kanal yang membentang membelah Bustanussalatin. Termasuk Taman Ghairah, Taman Putroe Phang, Pinto Khop, dan Gunongan.



Wajah Kuta Raja yang kini berganti nama dengan Banda Aceh menempatkan Taman Ghairah (Taman Sari) di sisi Jalan Abdullah Anjung Rimba, Taman Putro Phang dan Pinto Khop (satu kompleks) di Jalan Nyak Adam Kamil, dan Gunongan di sisi Jalan Teuku Umar. Kesemuanya berada di jantung kota dan kondisinya masih terawat baik hingga sekarang. Seperti halnya Sultan Iskandar Muda merawat dan menjaga hati sang Putri Pahang. (nurul hayati) Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Gunongan, Persembahan Cinta Sultan Iskandar Muda Kepada Sang Putri Pahang.


3. Makam Sultan Iskandar Muda

Makam Iskandar Muda berada di dekat Krueng Daroy, bersebelahan dengan Meuligoe Aceh yang merupakan kediaman resmi Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam, berdampingan dengan Museum Aceh.


Pada masa kolonial makam ini sempat dihilangkan jejaknya oleh pemerintah Belanda saat berlangsung perang Aceh. Dan baru pada 19 Desember 1952 lokasi Makam Sultan Iskandar Muda tersebut dapat ditemukan kembali, berkat petunjuk yang diberikan oleh bekas permaisuri salah seorang Sultan Aceh yang bermana Pocut Meurah. Sultan Iskandar Muda memerintah Kerajaan Aceh Darussalam pada tahun 1607-1636, dan membawanya pada puncak kejayaan. 



Pada abad ke-17 itu, Kerajaan Aceh berada di peringkat terbesar kelima di antara kerajaan-kerajaan Islam di dunia. Banda Aceh ketika itu telah menjadi bandar perniagaan internasional, disinggahi kapal-kapal asing yang mengangkut hasil bumi dari kawasan Asia ke benua Eropa. Sultan Iskandar Muda juga dikenal sebagai raja yang adil, termasuk kepada keluarganya sendiri. Salah satu puteranya yang bernama Meurah Pupok dipancungnya di depan umum karena melakukan kesalahan yang berat.



 Makam Murah Pupok berada di dalam kompleks KerKhoff Peutjoet. Peristiwa itu memunculkan ucapan kebanggaan orang Aceh: Adat bak Po Temeuruhoom, Hukom bak Syiah Kuala, yang artinya “Adat dipelihara Sultan, hukum ada pada Syiah Kuala”. Syiah Kuala adalah nama lain dari Tengku Abdul Rauf As Singkili, seorang ulama besar Aceh abad ke-17 yang terkenal ahli di bidang ilmu hukum dan keagaaman.




4. Perpustakaan Islam Tanah Abee


Seperti inilah sedikit kilas pandang sebuah perpustakaan kuno Tanoh Abee, yang berada di Kabupaten Seulimeum Aceh Besar, sekitar satu jam perjalanan dari kota Banda Aceh. Di perpustakaan berusia 400 tahun ini banyak tersimpan manuskrip tentang Islam dari abad ke-16 hingga 19. Terdapat sekitar 3.000 naskah kuno yang masih utuh. Mulai dari kitab klasik karangan ulama Nuruddin Ar-Raniry, Hamzah Fansury, Teungku Syiah Kuala, sampai kepada surat dari kekhalifahan Turki Utsmani kepada Sultan Iskandar Muda. 


Perpustakaan tersebut berada di Dayah (pesantren) Tanoh Abee milik Teungku Chik Tanoh Abee. Sejarah pendirian Dayah ini sudah dimulai pada zaman kerajaan Aceh dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M). Seorang ulama dari Baghdad bernama Syeikh Fairus Al-Baghdady datang berdakwah ke tanah Aceh bersama tujuh orang saudaranya dan mendirikan Dayah di kawasan Tanoh Abee. Sejak itu secara turun temurun keturunan Syeikh Fairus meneruskan pengelolaan Dayah dan membuat perpustakaan dengan cara menterjemahkan kitab-kitab rujukan Islam ke dalam bahasa Jawi. 



Bahkan pada masa generasi ke-6, yaitu Syeikh Abdul Wahab yang dikenal dengan Teungku Chik Tanoh Abee, bercita-cita memiliki perpustakaan terbesar dan jadi rujukan di Asia Tenggara. Generasi ke-9, Abu Dahlan Al-Fairusy Al-Baghdady wafat pada tahun 2006 yang lalu. Menurut ummi, istri Abu Dahlan kepada kontributor bersamaislam.com, tidak semua kitab kuno dirawat dan dipelihara sesuai wasiat dari Abu. 



Bahkan banyak kitab-kitab terdahulu yang ikut dikubur karena dikawatirkan isinya tidak sanggup dicerna tanpa bimbingan yang baik. Selepas meninggalnya Abu Dahlan, kegiatan di Dayah Teungku Chiek Tanoh Abee ini terhenti sampai sekarang. Hanya ummi yang masih rutin memberikan pengajian untuk ibu-ibu di rumah beliau.


5. Danau Laut Tawar

Danau Laut Tawar, adalah sebutan asli yang diberikan oleh  suku asli Gayo buat danau seluas 5472 hektar ini. Danau Laut Tawar ibarat hamparan permadani berwarna biru kalo kamu lewat di atasnya dengna naik heli atau pesawat, mirip seperti sisa-sisa air laut yang terjebak di daratan saat terjadi badai besar ribuan tahun silam.


Belom jelas kenapa danau yang berada di Kota Takengon, Aceh Tengah, Propinsi Aceh ini dinamakan Danau Laut Tawar. Mungkin karena luas banget kayak laut tapi airnya nggak asin alias tawar. Trus di sini juga ngga ada ombak atau pasang surut seperti di laut. Tapi beberapa waktu lalu kabarnya sebuah tornado kecil sempat melintas di Danau Laut Tawar dan bikin geger warga sekitar. Fenomena tornado ini sempat juga terekam kamera loh n videonya bisa kamu liat di YouTube. DANAU LAUT TAWAR RUMAH SATWA LANGKA Kalo cuaca lagi bagus n kabut yang menyelimuti Danau Laut Tawar dah pergi, kamu bisa melihat betapa mempesonanya danau berair kebiruan ini, travelers. 



Sambil menikmati gemericik suara air yang mendamaikan, layangkan pandanganmu di sekitar Danau Laut Tawar buat mengamati barisan pegunungan yang mengelilinginya. Pegunungan yang berdiri kokoh itu ditumbuhi hutan yang cukup terpelihara dan belum dijamah oleh tangan manusia. Konon sejumlah satwa langka seperti trenggiling, landak, siamang, kijang, kucing hutan dan harimau masih tinggal di sana. Selain duduk-duduk santai di tepi Danau Laut Tawar sambil menikmati secangkir Kopi Gayo yang legendaris, kamu bisa pake waktumu buat mengelilingi Danau Laut Tawar dengan naik perahu motor, bersepeda (ada rental sepeda di sekitar danau) atau memancing. Siapa tau kamu bisa dapet ikan depik, satwa air endemik yang menghuni Danau Laut Tawar. Ikan depik mirip kayak ikan teri, tubuhnya mungil n berwarna-warni. Kalo digoreng kering terasa renyah dan gurih, pasti bikin kamu ketagihan, travelers. 



Di bulan Agustus kayak gini ikan depik akan muncul dari persembunyiannya di perairan Danau Laut Tawar yang menjorok ke Gunung Kelieten. Makanya ayo buruan datang ke Danau Laut Tawar sekarang sebelum mereka balik ke sarangnya di akhir tahun nanti. MISTERI DI DANAU LAUT TAWAR TAKENGON Siapa sangka Danau Laut Tawar yang cantik dan berair tenang ini menyimpan sejumlah misteri yang belum terpecahkan sampai sekarang? Salah satunya adalah Legenda Putri Ijo, makhluk halus penunggu Danau Laut Tawar yang katanya sih berwujud mirip putri duyung, travelers. Sekitar tahun 2001 warga Takengon pernah dibikin heboh gegara sebuah foto sekelompok orang yang diambil dengan latar belakang Danau Laut Tawar dan sosok mirip naga nongol dari dalam air di belakang mereka. 



Legenda lain yang nggak kalah bikin merinding adalah tentang Lembide, penunggu Danau Laut Tawar lain yang konon doyan menghisap darah manusia. Legenda Lembide udah dikenal warga sekitar Danau Laut Tawar sejak lama dan disebarkan dari generasi ke generasi. Warga sekitar percaya, Lembide suka banget menghisap darah manusia yang lagi berenang di Danau Laut Tawar sampai mereka tenggelam dan tewas. Seperti Pantai Parangtritis Yogyakarta, hampir setiap tahun ada saja korban tenggelam di Danau Laut Tawar dan mereka ditemukan dalam kondisi kehabisan darah serta ada luka mirip gigitan binatang bertaring (kamu pernah nonton film-film vampire kan?) di antara kedua kaki mereka. 



Satu lagi yang nggak kalah heboh adalah penemuan bom aktif di kedalaman 18 meter Danau Laut Tawar beberapa tahun silam dan diduga kuat adalah peninggalan para penjajah Belanda. Upaya pengangkatan bom ini masih belum berhasil sampai sekarang dan banyak pihak yang mengkait-kaitkannya dengan keberadaan makhluk halus penghuni Danau Laut Tawar yang ingin bom itu tetap berada di dasar Danau Laut Tawar. Benar dan enggaknya, walahualam. 



Hikmah di balik ketiga cerita mistis itu tadi adalah, jangan coba-coba berenang terlalu jauh dari tepi Danau Laut Tawar kalo kamu ngga bisa berenang, travelers. Air Danau Laut Tawar yang jernih kebiruan memang menggoda siapapun buat menceburkan diri ke dalamnya. Tapi asal kamu tau aja ya, Danau Laut Tawar memiliki kedalaman yang berbeda-beda dan suhu air yang berbeda-beda pula berdasarkan kedalamannya. Makhluk halus haus darah penghuni Danau Laut Tawar bisa jadi hanya karangan orang-orang jaman dulu supaya anak-anak nggak bermain terlalu jauh dari tepi danau. 



Trus gimana dengan para korban tewas? Setelah diusut ternyata para korban yang tewas karena tenggelam di Danau Laut Tawar adalah para wisatawan yang datang dari luar Takengon dan bisa aja mereka tenggelam karena ngga mengetahui tentang karakter Danau Laut Tawar, travelers. Lalu bekas luka gigitan hewan bertaring di tubuh para korban? Yah mungkin aja itu bekas digigit nyamuk. CARA MENGUNJUNGI DANAU LAUT TAWAR TAKENGON Kalo kamu datang dari luar Aceh kamu musti naik pesawat dulu dari kota asalmu ke Bandara Iskandar Muda Banda Aceh, travelers. 



Trus dari sini kamu bisa naik bus umum atau menyewa mobil buat ke Takengon dengan jarak tempuh sekitar 8 sampai 9 jam. Kamu bisa juga pergi ke Danau Laut Tawar lewat Kota Medan dan jarak tempuhnya juga lebih singkat, yaitu sekitar 3-4 jam aja. Yuk hubungi Pegipegi sekarang buat pesan tiket pesawat pulang pergi dari kotamu ke Banda Aceh dan booking hotel nyaman terjangkau di Takengon, travelers.
AdSense

0 Response to "5 Tempat Wisata Di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel