Sejarah dan Bukti Peninggalan Kerajaan Kahuripan (1009-1042 M)

SEJRAH KERAJAAN KAHURIPAN
TAHUN (1009-1042 M) 
     Kerajaan Kahuripan adalah kerajaan Hindu yang berlansung selama 21 tahun, pada (1009-1042 M), hal tersebut sebagai keberlanjutan dari kerajaan Medang yang kala itu runtuh akibat serangan Wura-wari. Dimasa itu Hanya seorang Raja yang memerintah kerajaan Kahuripan, yakni Airlangga. Dan berakhirnya kerajaan tetsebut bukan dikarenakan runtuh, akan tetapi dikarenakan kerajaan tersebut terbagi menjadi dua.

Pada masa itu Kerajaan itu kurang mendapat perhatian dari pada peristiwa-peristiwa sejarah lainnya. padah terdapat kerajaan tersebut memiliki nilai-nilai sejarah yang sangat berharga.

A. Sumber Sejarah Kerajaan Kahuripan

1. Prasasti Kamalgnyan
Prasasti kamalgnyan ditulis menggunakan  huruf serta bahasa Jawa Kuno, prasasti tersebut terletak di dusun Klagen, tepatnya di desa Desa Tropodo, Kec. Krian, Kab. Sidoarjo. Jawa Timur. Isinya adalah agar dibangunnya sebuah bendungan (dam) di Wringin Sapto oleh Raja Airlangga , dan juga bersama-sama dengan rakyat.

Konon Sebelum bendungannya dam tersebut dibangun, dijelaskan bahwa sungai Brantas (Sungai Bengawan) sering dilanda dan banjir dan airnya selalu meluap ke beberapa Desa hingga perdikan. Dan Untuk menjaga serta memelihara bangunan bendungan tersebut, maka ditetapkanlah desa Kamalagyan (Kamalagean) untuk dijadikan sebagai Daerah Perdikan atau daerah bebas pajak ditahun 967 M. 

2. Prasasti Pucangan 

Baca Juga :
Sejarah Kerajaan Tarumanegara
Sejarah Kerajaan Kalingga
Sejarah Kerajaan Majapahit

Prasasti Pucangan atau Prasasti Calcuta ini terdiri dari dua prasasti yang berbeda yang dipahat pada sebuah batu, di bagian sisi depan menggunakan bahasa Jwa Kuno dan sementara itu di sisi belakang menggunakan bahasa Sansekerta, akan tetapi kedua prasasti tersebut ditulis dengan aksara Kawi (Jawa Kuno).

Isi dari Seluruh prasasti tersebut merupakan syair dalam bahasa Sansekerta serta berisikan 34 bait dari berbagai matra (irama). Batu tersebut memiliki ketinggian 1,24 meter, lebarnya 0,95 meter dan lebar di bagian atasnya 0,86 meter di sebelah bawah. Prasasti Pucangan ini terdiri dari 37 garis tulisan.

Berdasarkan dari sumber informasi prasasti ini maka kita dapat mengetahui bahwa Airlangga dari garis keturunan sang ibu adalah keturunan Sri Isyana tunggadewa (Sindok), beliau adalah seorang raja Jawa, dan bahwa ibu Airlangga adalah Mahendradatta, putri raja Makutawangsawardhana yang ibunya adalah puteri Sri Isyanatuggadewa.

B. Sejarah Berdirinya Kerajaan Kahuripan

Arti dari Nama Airlangga adalah ”air yang melompat”. Sedangkan Ayahnya bernama Udayana, raja kerajaan Bedahulu dari Wangsa Warmadewa. Ibunya bernama Mahendradatta, beliau adalah seorang puteri Wangsa Isyana dari kerajaan Medang. Kala itu Medang adalah sebuah kerajaan yang cukup kuat, bahkan  pernah melakukan penaklukan hingga ke Bali, kemudian mendirikan koloni di Kalimantan Barat, dan pernah juga mengadakan serangan ke Kerajaan Sriwijaya. Di tahun 1007 M Airlangga menikah dengan puteri seorang Raja Dharmawangsa Teguh (saudara Mahendradatta) di Watan.

Saat pesta pernikahannya sedang berlangsung, tiba-tiba kota Watan diserang oleh raja Wurawari yang berasal dari Lwaram (sekarang desa Ngloram, Cepu, Blora), dimana raja wurawari adalah sekutu da kerajaan Sriwijaya. Kejadian tersebut tercatat dalam prasasti Pucangan (Calcuta Stone). Dalam serangan tersebut menyebabkan, Dharmawangsa Teguh tewas, sedangkan Airlangga berhasil melarikan diri ke hutan pegunungan (Wanagiri) dan kala itu beliau ditemani oleh pembantunya yang bernama Mpu Narotama.

Pada saat itu usianya genap 16 tahun, namun ia sudah mulai menjalani hidup sebagai pertapa. Dan Tiga tahun kemudian, Airlangga didatangi oleh seorang utusan rakyat dan memintanya agar membangun kembali Kerajaan Medang. Hal tetsebut Mengingat kota Watan sudah hancur, Selanjutnya Airlangga pun membangun  sebuah ibukota baru yang diberi nama Watan Mas berada di dekat gunuxjllng Penanggungan.

C. Perluasan Wilayah Kerajaan Pada tahun 1023 M

Kerajaan Sriwijaya yang merupakan musuh besarnya Wangsa Isyana dikalahkan oleh Rajendra Coladewa, Raja Colamandala dari India. Kejadian tetsebut membuat Airlangga lebih leluasa untuk mempersiapkan diri menguasai seluruh pulau Jawa.

Sejak tahun 1025 M, Airlangga ssudah mulai memperluas kekuasaan dan mengaakibatkan melemahnya kerajaan Sriwijaya. Pada awalnya yang dilakukan Airlangga adalah menyusun kekuatan untuk menegakkan kembali kekuasaan Wangsa Isyana atas pulau Jawa. Pada mulanya tidaklah berjalan dengan mulus, hal ini juga tertera dalam prasasti Terep (1032 M), Watan Mas kemudian direbut  oleh musuh, dan pada akhirnya Airlangga melarikan diri ke desa Patakan. Berdasarkan prasasti Kamalgyan (1037 M),  bahwa ibu kota kerajaan sudah pindah ke Kahuripan.

Pada Tahun 1030 M, Raja Airlangga berhasil mengalahkan Wisnuprabhawa raja Wuratan, Wijayawarman raja Wengker, dan selanjutnya Panuda raja Lewa. Dan Pada tahun 1031 M. Putera Panuda mencoba melakukan gencatan membalas, akan tetapi tetap saja dikalahkan oleh Airlangga. Ibukota Lewa dihancurkan pula. Pada. Tahun 1032 M. seorang raja wanita berasal dari  Tulungagung (sekarang) berhasil mengalahkan Airlangga. Dan Istana Watan Mas berhasil diluluhlantakkan.

Pada akhirnya Airlangga melarikan diri ke desa Patakan ditemani oleh Mapanji Tumanggala, dan membangun ibu kota baru di Kahuripan. Raja wanita dari Tulungagung itu pada akhirnya bisa dikalahkannya. ditahun 1032 M. itu oleh airlangga dan Mpu Narotama,  Serta membalaskan dendam Wangsa Isyana. Terakhir tahun 1035 M.

Lagi-lagi Airlangga menumpas pemberontakan Wijayawarman raja Wengker yang dahulu pernah ditaklukkannya. Kerajaan yang baru tersebut berpusat di Kahuripan, Sidoharjo (sekarang), wilayahnya membentang luas dari Pasuruhan di sebelah timur hingga Madiun di sebelah barat.

Wilayah Pantai utara Jawa, khususnya Surabaya dan Tuban, dijadikan sebagai pusat perdagangan yang utama untuk pertama kalinya. Kemudian Airlangga naik tahta dengan gelar Sri Maharaja Rakai Halu Sri Dharmawangsa Airlangga Anantawikramottunggadewa.

Airlangga juga memperluas wilayan kerajaan sampai ke Jawa Tengah, bahkan pengaruh kekuasaannya telah diakui sampai ke Bali. Setelah keadaan telah aman, Airlangga selanjutnya mengadakan pembangunan-pembangunan untuk kesejahteraan rakyatnya. Pembangunan yang tetulis pada prasasti-prasasti peninggalannya diantaranya adalah : 

1. Pembangunan Sri Wijaya Asrama tahun 1036 M. 

2. Pembangunan bendungan Waringin Sapta tahun 1037 M untuk mencegah banjir. 

3. Pembangunan pelabuhan Hujung Galuh, di muara Kali Brantas. 

4. Pembangunan jalan-jalan yang menghubungkan daerah pesisir ke pusat kerajaan. 

5. Pembangunan pertapan gunung Pucangan tahun 1041 M. 

6. Pembangunan ibu kota dari Kahuripan ke Daha.

Bersumberkan informasi dari prasasti Pucangan (1041 M) diketahui bahwa Airlangga adalah pemeluk Hindu Wisnu yang samgat taat. Memiliki rasa Toleransi yang sangat baik, yakni beliau sebagai pelindung bagi agama Hindu Sywa dan Budha.

Airlangga sebagai Wisnu naik Garuda (Wikipedia) Airlangga juga sangat peduli erhadap seni sastra. Ditahun 1035 M, Mpu Kanwa menulis kitab Arjuna Wiwaha yang diperoleh dari epik Mahabharata. Dalam kitab tersebut dikisahkan bahwa perkawinan Arjuna dengan bidadari-bid merupakan bentuk hadiah dari para dewa karena berhasil mengalahkan raksasa Niwatakawaca yang menyerang Kahyangan.

Kisah-kisah tersebut disusun sebagai kiasan terhadap jerih payah Airlangga saat menjadi sang raja di Kahuripan. Patung raja yang didewakan berupa Dewa Wisnu mengendarai Garuda, ditemukan di desa Belahan, koleksi Museum Trowulan, Jawa Timur. Ia memerintahkan Mpu Kanwa untuk menggubah kakawin Arjuna Wiwaha yang melambangkan sebuah keberhasilannya dalam peperangan.

D. Peninggalan Keraaan Kahuripan

Kerajaan Kahuripan berakhir setelah Airlangga membagi kerajaan menjadi dua untuk kedua puteranya, guna menghindari perebutan kekuasaan.

Setelah pembagian kekuasaan kemudian beliau mengundurkan diri menjadi seorang pertapa. Dalam prasasti Gandhakuti di tahun (1042 M) disebutkan gelar kependetaan Airlangga adalah Resi Aji Paduka Mpungku Sang Pinaka Catraning Bhuwana.

E. Benda-benda Peninggalan Kerajaan Kahuripan

1. Candi Belahan
Candi Belahan terletak di lereng timur gunung Penanggungan. Candi ini merupakan tempat pemandian yang telah dilengkapi dengan 2 buah arca wanita Permaisuri Wisnu.

Candi Belahan digunakan sebagai menyimpan abu jenazah paara raja Airlangga yang wafat ditahun 1049 M. Gunung Penanggungan adalah gunung suci yang merupakan bentuk replika Gunung Semeru. Terdapat sekitar 81 situs-situs candi dan peningalan Prabu Airlangga letaknya berada di lereng Gnung Penanggungan.

2. Candi Semar Jalatunda 
Candi Sumur Jalatunda Terdapat di sebelah utara lereng gunung Penanggungan , tepatnya desa Seloliman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur.

Berdasarkan info dari para petugas jaga setempat. Bawasannya situs candi ini dibangun pada tahun 997 Masehi. Pada masa pemerintahan Raja beragama Hindu, yakni Prabu Airlangga, raja dari kerajaan Medang, Kahuripan, Kediri. Candi tersebut memiliki bentuk seperti kolam yang indah dengan airnya yang sangat jernih, dimanfaatkan untuk tempat mandi suci bagi umat Hindu. Banuna Pentirtaan memiliki ukuran panjang 16,8 m, lebar 13,5 meter dan kedalamannya adalah 5,2 meter itu.

Nah itulah tadi penjelasanbtentang kerajaan Kahuripan kali ini, smoga bermanfaat dan salam Media Edukatif.
AdSense

0 Response to "Sejarah dan Bukti Peninggalan Kerajaan Kahuripan (1009-1042 M)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel